Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpidana Mati Berusia 100 Tahun Berusaha Dapatkan Pengampunan

Kompas.com - 11/10/2018, 12:40 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber BBC

ABUJA, KOMPAS.com - Pria bernama Celestine Egbunuche ini disebut sebagai terpidana mati tertua di Nigeria dan kini sekelompok aktivis menyuarakan pembebasannya.

Celestine kini berusia 100 tahun dan sudah mendekam di penjara selama 18 tahun setelah dinyatakan bersalah menjadi dalang sebuah pembunuhan.

Bertubuh kecil dan kini terlihat bungkuk, dia terlihat murung dengan pandangan kosong saat dia duduk di ruang besuk di lapas berkemanan maksimal Enugu, di wilayah tenggara Nigeria.

Mengenakan kaus berwarna putih, celana pendek, dan sandal jepit, Celestine mengangkat perlahan kepalanya.

Baca juga: Seorang Terpidana Mati di AS Minta Dieksekusi Pakai Kursi Listrik

Itulah cara dia mengetahui kehadiran seseorang di dekatnya.

Namun, dia lebih banyak diam. Amat kontras dengan keramaian di ruangan itu tempat para narapidana bertemu dengan keluarga mereka.

Putra Celestina, Paul Egbunuche (41), duduk di dekat ayahnya dan terus mengajaknya berbicara.

Paul menjalani juga menjalani hukuman di tempat tersebut dalam kasus yang sam dengan ayahnya.

Keduanya dinyatakan terbukti menyewa sejumlah orang untuk menculik dan membunuh seorang pria terkait sengketa tanah.

Paul bersikukuh dia tak bersalah setelah dia dan ayahnya ditahan pada 2000 dan divonis hukuman mati pada 2014.

Paul mengatakan, ayahnya tak bisa banyak berbicara dan sudah kesulitan menyadari kondisi di sekitarnya.

"Jika Anda menanyakan sesuatu kepadanya, dia akan menjawab hal lain. Dokter mengatakan semua itu disebabkan usianya, dia kembali seperti anak kecil," tambah Paul kepada wartawan BBC Afrika, Yemisi Adegoke.

Baca juga: Sri Lanka Siap Eksekusi 18 Terpidana Mati Kasus Narkoba

"Sesekali dia bertanya kepada saya, soal para narapidana yang lain. Dia bertanya apa yang mereka lakukan di sini," tambah Paul.

Paul mengatakan, dia nyaris tidak pernah meninggalkan ayahnya. Dia kini menjadi perawat sang ayah yang kesehatannya terus menurun.

Masalah kesehatan yang membelit Celestine termasuk diabetes dan menurunnya penglihatan. Dan, Paul berusaha semampunya untuk membantu sang ayah.

"Satu-satunya hal yang bisa saya bantu untuk dia adalah makanan, misalnya mengupas pisang. Sementara petugas penjara memberinya obat," ujar Paul.

Celestine dan Paul tinggal di dalam sel bersama para terpidana mati lainnya yang memang dipisahkan dari para narapidana biasa.

"Saat saya bangun di pagi hari, saya akan merebus air dan memandikannya," kata Paul.

Baca juga: Eksekusinya Kembali Ditunda, Terpidana Mati Ini Justru Kesal

"Saya mengganti pakaian dan menyiapkan makanan untuknya. Jika petugas membuka sel, saya membawanya berjemur," tambah dia.

"Saya selalu berada di dekatnya, berbicara, dan bermain dengan dia," lanjut Paul.

Paul menambahkan, narapidana lain terkadang membantu mengurus Celestine dan sebagian besar dari mereka ingin agar pria tua itu dibebaskan.

Pada 4 Agustus lalu, Celestine genap berusia 100 tahun, peristiwa ini diharapkan bisa berujung pada dibebaskannya Celestine.

Sebuah foto Paul yang memeluk Celestina menjadi viral di media sosial pada Agustus lalu setelah sebuah media lokal membuat kisahnya.

Kisah itu kemudian memicu perdebatan tentang terlalu lamanya para terpidana mati di Nigeria menanti eksekusi hukuman mereka.

Menurut data terbaru dari Badan Pemasyarakatan Nigeria, terdapat lebih dari 2.000 orang terpidana mati yang sebagian besar sudah bertahun-tahun menunggu eksekusi.

Hukuman mati amat jarang dilakukan di Nigeria. Antara 2007 hingga 2017 hanya ada tujuh eksekusi hukuman mati di negeri itu.

Eksekusi terakhir terjadi pada 2016. Demikian menurut laporan Amnesti Internasional.

Franklin Ezeona adalah presiden Masyarakat Anti-Korupsi Global (GSAC), organisasi non-pemerintah yang membawa kasus Celestine ke ranah publik.

Ezeona sudah membuat petisi untuk mendesak pemerintah Nigeria membebaskan Celestine.

"Jika pria ini adalah ayah dari seorang gubernur atau menteri, saya kira dia tidak akan pernah berada di dalam penjara," kata Ezeona.

"Kemiskinan di sebagian besar negara Afrika menghalangi seseorang mendapatkan keadilan," tambah dia.

Ezeona melanjutkan, membuat seorang terpidana mati menunggu begitu lama menciptakan trauma dan siksaan tersendiri.

Baca juga: PM Irak Perintahkan Segera Eksekusi Ratusan Terpidana Mati ISIS

Ezeona berharap, kasus Celestine ini bisa membuat pemerintah mengevaluasi kasus-kasus lain dan memberikan cahaya bagi sistem peradilan di Nigeria.

"Setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua," Ezeona menegaskan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com