Kebebasan beragama dijamin oleh konstitusi di Korut. Namun kegiatan keagamaan diawasi secara ketat, dan bisa dilarang jika tak sesuai peraturan.
Di awal abad ke-20 sebelum adanya pembagian dua Korea, Pyongyang adalah pusat penyebaran agama Kristen, dan dijuluki Yerusalem dari Timur.
Namun pendiri Korut Kim Il Sung melihat agama Kristen merupakan ancaman bagi pemerintahannya, dan berusaha membasminya dengan eksekusi dan kerja paksa.
Sejak saat itu, rezim Kim mengizinkan gereja untuk melaksanakan program kemanusiaan di sana. Namun hubungan langsung dengan Vatikan tak terjadi.
Ketika berkunjung ke Korsel pada 2014, Paus Fransiskus menggelar misa khusus yang didedikasikan untuk proses reunifikasi Korea.
Baca juga: Kim Jong Un Difavoritkan Jadi Peraih Nobel Perdamaian
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan