Pertemuan itu digelar pada Jumat malam di London dan Ashraf memberikan informasi kepada Zvi Zamir, direktur CIA bahwa perang akan pecah besok (Sabtu).
Akibat peringatan Ashraf ini, Israel bisa memobilisasi pasukannya pada 6 Oktober pagi, beberapa jam sebelum Mesir menyerang.
Hasilnya, efek kejutan yang diharapkan terjadi dari serangan itu tidak terjadi.
Baca juga: Masuk Tunisia Pakai Paspor Bosnia, Agen Mossad Bunuh Teknisi Hamas
Tanpa peringatan Ashraf, Mesir pasti bisa merebut kembali Semenanjung Sinai dan Suriah bisa mendapatkan lagi Dataran Tinggi Goland.
Ashraf masih terus bekerja untuk Mossad hingga 1998 dan selama itu dia hanya berhubungan dengan satu petugas saja yaitu Dubi.
Identitasnya sebagai mata-mata Israel terungkap pada Desember 2002, ketika sejarawan Israel Ahron Bregman menyebut Ashraf sebagai agen ganda yang menipu Israel.
Sumber Bregman adalah Mayor Jenderal (purn) Eli Zeira, direktur intelijen militer Israel di masa Perang Yom Kippur.
Setelah Anwar Sadat tewas ditembak pada Oktober 1981, Ashraf meninggalkan Mesir dan memulai bisnisnya di London, Inggris.
Di Inggris dia dikenal sebagai sosok misterius yang bermain tidak mengikuti aturan. Hingga kini jumlah kekayaan Ashraf tidak diketahui.
Ashraf Marwan meninggal dunia pada 27 Juni 2007 di luar kediamannya Carlton House Terrace, London setelah jatuh dari balkon apartemennya di lantai lima.
Baca juga: Dituduh Jadi Mata-mata Mossad, Dokter di Iran Diganjar Hukuman Mati
Sejumlah laporan menyebut Kepolisian London menduga Ashraf tewas dibunuh. Dugaan serupa juga diyakini putra sulung Ashraf, Gamal.
Namun, hingga saat ini dugaan Ashraf Marwan tewas dibunuh tidak pernah terbukti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.