Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ashraf Marwan, Menantu Presiden Mesir yang Jadi Mata-mata Israel

Kompas.com - 05/10/2018, 16:15 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Lalu bagaimana Ashraf Marwan bisa menjadi mata-mata Israel?

Sebenarnya tidak ada informasi jelas tentang bagaimana Ashraf Marwan bisa bekerja untuk Mossad.

Dalam buku The Angel: The Egyptian Spy Who Saved Israel karya Uri Bar-Joseph digambarkan Ashraf sebenarnya tidak ingin perang kembali pecah di antara kedua negara.

Dalam buku yang kemudian menjadi sumber film berjudul The Angel yang diproduksi Netflix itu, Ashraf sendiri yang memutuskan untuk menghubungi Israel.

Baca juga: Mantan Petinggi Mossad: Netanyahu Pernah Perintahkan Serangan Militer ke Iran

Ide itu muncul ketika dia gagal meyakinkan Nasser, yang saat itu masih hidup, agar tak kembali berperang melawan Israel.

Niat Ashraf itu semakin kuat ketika dia mengetahui Nasser meminta Mona agar menceraikan dia karena hobi judinya yang tak terkendali.

Ashraf kemudian  menggunakan telepon umum di salah satu sudut kota London untuk menghubungi kedutaan besar Israel dan meminta untuk berbicara dengan duta besar.

Sesuai protokol yang berlaku, operator telepon kedubes Israel kemudian menyampaikan hal itu ke atase pertahanan Israel.

Beberapa bulan kemudian, dinas rahasia Israel balik menghubungi Ashraf dan sejak saat itulah sang menantu presiden bekerja untuk Israel dengan kode "The Angel".

Dengan jabatannya yang tinggi, Ashraf memiliki akses ke berbagai informasi rahasia termasuk rencana perang yang disusun Mesir untuk menyerang Israel.

Informasi yang dikumpulkan Ashraf kemudian sampai ke PM Israel Golda Meir dan Menteri Pertahanan Moshe Dayan yang menggunakannya sebagai bahan untuk menyusun taktik perang.

Presiden Anwar Sadat akhirnya memutuskan untuk menyerang Israel pada Oktober 1973. Sebelumnya, sudah dua kali Ashraf memperingatkan Israel soal serangan Mesir tetapi dua peringatan itu tak berbuah kenyataan.

Baca juga: Keluarga Dosen Palestina yang Tewas di Malaysia Tuduh Mossad Pelakunya

Akhirnya pada Kamis, 4 Oktober 1973, sekitar 44 jam sebelum serangan digelar, Ashraf mengontak Dubi, agen Mossad yang menjadi penghubungnya di London.

Dia meminta pertemuan mendesak dengan direktur Mossad untuk membicarakan tentang "bahan kimia yang amat banya", sebuah kode yang digunakan Ashraf untuk mengabarkan perang akan terjadi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com