Dia mengerahkan seluruh energinya untuk menyelesaikan pekerjaan ilmiah yang telah mereka lakukan bersama sebelumnya.
Pada 13 Mei 1906, dia ditunjuk untuk mengisi jabatan profesor yang ditinggalkan suaminya. Dia merupakan perempuan pertama yang mengajar di Sorbonne.
Pada 1908, dia menjadi profesor tituler dan pada 1910, dia menerbitkan risalah fundamentalnya tentang radioaktif.
Tiga tahun kemudian, dia dianugerahi Penghargaan Nobel Kimia atas penemuan radium murni. Pada 1914, dia menyaksikan penyelesaian pembangunan laboratorium Institut Radium di Universitas Paris.
Selama Perang Dunia I, Marie dengan dibantu putrinya, Irene, mencurahkan waktunya untuk mengembangkan penggunaan X-radiografi.
Dia memperjuangkan penggunaan mesin X-ray portabel di medan perang, dan kendaraan medis itu mendapat julukan "Little Curies".
Setelah perang, Marie memanfaatkan reputasinya yang terkenal bak selebriti untuk memajukan penelitiannya.
Dia melakukan perjalanan ke Amerika Serikat dua kali, pada 1921 dan 1929, untuk mengumpulkan dana guna membeli radium dan mendirikan lembaga riset radium di Warsawa.
Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Bunda Teresa, Abdikan Diri Bantu Kaum Miskin
Marie Curie meninggal dunia pada 4 Juli 1934 di usia 66 tahun. Penyebabnya anemia aplastik, yang diyakini dipicu oleh paparan radiasi berkepanjangan.
Dia diketahui kerap membawa tabung uji radium di dalam saku jas laboratoriumnya. Marie selama bertahun-tahun bekerja dengan bahan radioaktid yang membahayakan kesehatannya.
Pada 1995, jenazah Marie dan Pierre Curie dipindahkan ke Pantheon di Paris. Marie menjadi perempuan pertama yang dikubur di pemakaman para pesohor Perancis.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.