Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Donna Strickland, Wanita Pertama Peraih Nobel Fisika Setelah 55 Tahun

Kompas.com - 03/10/2018, 11:55 WIB
Kontributor Swedia, Artika Rachmi Farmita,
Ervan Hardoko

Tim Redaksi

STOCKHOLM, KOMPAS.com – Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia (Royal Swedish Academy of Sciences) baru saja mengumumkan peraih Hadiah Nobel Fisika 2018, Selasa (2/10/2018).

Hasilnya tiga fisikawan Arthur Askin (AS), Gerard Mourou (Perancis), dan Donna Strickland (Kanada) meraih penghargaan prestisius ini karena dinilai berjasa dalam revolusi fisika laser.

Dari ketiga ilmuwan ini, Donna Strickland patut mendapat perhatian khusus. Sebab, dia adalah perempuan pertama yang meraih penghargaan ini dalam 55 tahun terakhir.

Bahkan, Strickland adalah perempuan ketika dalam sejarah yang tercatat sebagai peraih Nobel Fisika.

Baca juga: Bermain Cahaya, 3 Ilmuwan Menangkan Penghargaan Nobel Fisika 2018

Dua ilmuwan perempuan lainnnya adalah Maria Goepper-Mayer pada 1963 dan nama yang tak asing lagi yaitu Marie Curie pada 1903.

Saat menyampaikan sambutan usai menerima penghargaan ini, Strickland tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

"Awalnya saya pikir ini gila. Saya tidak menyangka ini nyata," ujarnya melalui sambungan telepon dan diperdengarkan di tengah-tengah konferensi pers di Stockholm, Swedia.

Menurutnya, terdapat banyak ilmuwan perempuan lain di bidang fisika yang tak kalah layak memperoleh penghargaan.

Fisikawan, kata dia, sudah terbiasa mencari jawabann teka-teki terkait pertanyaan tentang bagaimana sesuatu bekerja.

"Kita perlu merayakannya buat fisikawan-fisikawan di luar sana. Saya bangga menjadi bagian dari mereka," imbuhnya.

Gérard dan Donna berhasil menciptakan tengangan laser berintensitas tinggi dan ultra pendek (ultrashort high-intensity laser pulses) tanpa merusak material penguat.

Mereka meregangkan tegangan laser di saat harus mengurangi kekuatan puncak, kemudian dikuatkan, dan akhirnya dipadatkan kembali. Teknik ini disebut Chirped Pulse Amplification atau CPA.

Pada dasarnya, intensitas laser yang sangat tinggi menjadikan cahaya sebagai alat untuk mengubah sifat materi.

Isolator listrik dapat diubah menjadi konduktor, dan sinar laser ultra-tajam memungkinkan bisa untuk mengebor berbagai material, termasuk materi hidup, dengan sangat tepat.

Misalnya, laser dapat digunakan untuk membuat penyimpanan data yang lebih efisien, karena penyimpanan tidak hanya dibangun di permukaan material, tetapi juga di lubang-lubang kecil yang dibor jauh ke dalam media penyimpanan.

Teknologi ini juga digunakan untuk memproduksi stent bedah, silinder superkecil yang terbuat dari logam untuk memperlebar dan memperkuat pembuluh darah, saluran kemih, dan lorong-lorong lain di dalam tubuh.

Teknologi CPA juga populer digunakan untuk pembedahan mata, terutama untuk menghasilkan irisan kecil pada bagian kornea. 

Di masa depan, Strickland berharap penemuan teknologi laser ini bisa membuat mesin bekerja semakin baik, tak terkecuali untuk kesehatan.

"Misalnya, suatu saat menyembuhkan kanker. Butuh pengembangan lebih luas," tuturnya.

Baca juga: Yayasan Nobel Tegaskan Penghargaan Bagi Aung San Suu Kyi Tidak Dicabut

Ketua Komite Nobel Fisika Profesor Olga Botner mengakui, pihaknya terus mendorong peningkatan pengajuan nama-nama ilmuwan perempuan sebagai kandiat peraih Nobel.

"Memang persentasenya masih sangat sedikit, tapi kami mendorong nama-nama kandidat perempuan agar semakin banyak. Tapi secara umum sudah meningkat sejak dua sampai tiga dekade belakangan," kata Olga.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com