Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rawan Bencana, Ini 8 Cara Jepang Mitigasi Gempa dan Tsunami

Kompas.com - 02/10/2018, 14:21 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

TOKYO, KOMPAS.comJepang menjadi salah satu tujuan wisata favorit bagi sejumlah turis asing. Namun, "Negeri Sakura" itu merupakan negara rawan bencana alam.

Terakhir kali Jepang dilanda gempa dan tsunami pada 2011 silam. Gempa berkekuatan 9,0 magnitudo itu menimbulkan tsunami yang menghancurkan kawasan pesisir timur laut negara itu.

Sekitar 19.000 orang tewas atau hilang akibat peristiwa tersebut, serta menyebabkan kebocoran pembangkit tenaga nuklir Fukushima Daiichi.

Britannica mencatat, Perdana Menteri Jepang kala itu, Kan Naoto, langsung mengumumkan keadaan darurat dan mengerahkan 100.000 pasukan untuk menangani wilayah terdampak.

Baca juga: 4 Orang Tewas dan 200 Lainnya Terluka Akibat Topan Trami di Jepang

Kemudian, gempa berkekuatan 6,6 magnitudo juga mengguncang pulau utara Jepang, Hokkaido, pada 6 September 2018 hingga merenggut sedikitnya 18 korban jiwa.

Sudah sejak lama berjibaku dengan bencana alam, penduduk Jepang dilatih untuk sigap menghadapi agar meminimalkan jumlah korban dan kerusakan. Lalu bagaimana Jepang berupaya memitigasi bencana?

Rumah tahan gempa

Desain rumah beratap runcing dan tahan gempa.Dezeen.com Desain rumah beratap runcing dan tahan gempa.
Untuk memastikan keselamatan penduduk, rumah-rumah penduduk yang baru dibangun harus dirancang agar tahan gempa. Dengan begitu, gempa bumi yang kuat tidak mudah menyebabkan rumah roboh.

Bangunan yang runtuh merupakan salah satu penyebab cedera dan kematian akibat gempa.

Di Jepang, semua bangunan harus mengikuti dua persyaratan ketat dari pemerintah, yaitu bangunan dijamin tidak akan runtuh karena gempa dalam 100 tahun ke depan. Syarat lain adalah bangunan dipastikan tidak akan rusak dalam 10 tahun pembangunan.

Baca juga: Bergaya Jepang, Rumah Ini Didesain Tahan Gempa

Melansir Culture Trip, sekitar 87 persen bangunan di Tokyo mampu bertahan terhadap guncangan gempa.

Peringatan gempa di ponsel

Setiap ponsel pintar di Jepang dipasang dengan sistem peringatan gempa dan tsunami.

Peringatan akan sampai ke pemilik ponsel pintar sekitar 5-10 detik sebelum bencana terjadi.

Dengan demikian, penduduk masih memiliki waktu untuk segera mencari perlindungan, seperti misalnya, dengan berlindung di bawah meja.

Sistem ini mengeluarkan suara otomatis "Jinshin desu! Jihshin desu!" yang berarti ada gempa bumi.

Kereta peluru

Kereta cepat Jepang, Shinkansen melintas di atas kota Tokyo. Moda transportasi tersebut terkenal di Jepang karena kecepatan dan ketepatan waktunya.Kazuhiro Nogi / AFP Kereta cepat Jepang, Shinkansen melintas di atas kota Tokyo. Moda transportasi tersebut terkenal di Jepang karena kecepatan dan ketepatan waktunya.
Jepang memiliki jaringan kereta peluru atau shinkansen. Untuk memastikan keselamatan penumpang, kereta dilengkapi dengan sensor gempa yang akan menghentikan laju kereta yang bergerak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com