Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/10/2018, 13:45 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

JUBA, KOMPAS.com - Sebuah dokter mengisahkan aksi heroiknya ketika harus melaksanakan operasi berbekal peralatan seadanya di negara konflik Sudan Selatan.

Dr Evan Atar Adahar merupakan kepala fasilitas medis di Bunj, yang dilanda berbagai kekurangan namun harus terus memberikan pelayanan semaksimal mungkin.

Daily Mirror mewartakan Minggu (30/9/2018), Atar bercerita rumah sakitnya tak punya mesin sinar-X maupun generator sering mati.

Baca juga: Anggota DPR Diberi Uang untuk Beli Mobil, Warga Sudan Selatan Marah

Meski begitu, dia dan stafnya masih mampu melaksanakan 50 tindakan operasi per pekan, dan menjadi harapan terakhir 200.000 masyarakat di kawasan tersebut.

Atar berkata, untuk menyelamatkan banyak nyawa dia harus melakukan serangkaian aksi kreatif. "Bahkan ketika ada bagian yang hilang, Anda harus menyelesaikan operasi itu," tutur dia.

Dokter berusia 52 tahun itu mengaku harus menggunakan kail ikan sebagai jarum untuk menjahit luka operasi pasien.

Kemudian dia menggunakan sejumlah onderdil di mobil sebagai pelat untuk menyambung tulang, maupun memperbaiki tabung selama operasi.

"Kami juga terpaksa memberi ketamine kepada calon pasien karena kami tak punya obat bius. Kami tak boleh menyerah atas kurangnya peralatan," tegas Atar.

Belum lagi ancaman kelompok milisi yang menculik serta membunuh dokter maupun perawat yang bertugas di salah satu negara termuda dunia itu.

Sepanjang lima tahun terakhir, dilaporkan lebih dari 100 pekerja kemanusiaan terbunuh di Sudan Selatan. Musim panas lalu, Atar bercerita ada kelompok yang nyaris menyerang rumah sakitnya.

Juli lalu, kata Atar, terdapat kerusuhan karena sekelompok pemuda menuduh dinas setempat tak mempekerjakan mereka di rumah sakit.

Dengan membawa senjata, mereka menuju rumah sakit dan membuat Atar harus membujuk mereka untuk mengurungkan niatnya.

"Saya memberitahu mereka jika menyerang rumah sakit, siapa yang bakal merawat mereka. Karena itu, kami di sini untuk membantu," kenang dia.

Baca juga: Diduga Terlibat Eksploitasi Seksual, PBB Tarik Pasukan di Sudan Selatan

Salah satu pemimpin kelompok tersebut mengumumkan mereka tak bakal menyerang rumah sakit tersebut. Ancaman itu tak menggoyahkan niatnya untuk terus bertahan di Bunj.

"Anda harus menerima untuk hidup di situasi yang berbahaya. Tidak semua bisa menerima kondisi demikian," beber Atar.

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com