Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: James Doolittle, Komandan Serangan Udara AS ke Jepang

Kompas.com - 27/09/2018, 22:20 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

3. Penyerbuan Doolittle
Dia kembali ke militer pada 1940. Saat itu, angkatan udara tengah melakukan reorganisasi di Juni 1941. Doolittle mendapat pangkat Letnan Kolonel di 2 Januari 1942.

Pada saat itu, AS baru saja mendapat pukulan telak ketika Jepang melancarkan serangan dadakan ke Pangkalan Laut Pearl Harbor, Hawaii, pagi hari pada 7 Desember 1941.

Dia ditugaskan di Markas Besar AU untuk mempersiapkan serangan balasan ke pulau utama Jepang. Dia mengajukan diri untuk menjadi relawan serangan tersebut.

Atas persetujuan Jenderal HH Arnold, dia menjadi komandan sebuah operasi rahasia menggunakan pesawat pembom sedang B-25 Mitchell di kapal induk USS Hornet.

Baca juga: Pendiri Microsoft Temukan Bangkai Kapal Induk Perang Dunia II

Doolittle dan para pilotnya, dikenal sebagai Doolittle Raiders, melaksanakan latihan di Pangkalan Eglin dan Wagner di barat laut Florida.

Selepas latihan, mereka menuju Pangkalan McClellan California untuk melakukan modifikasi pesawat di Depot Udara Sacramento.

Rencana awalnya adalah 16 pesawat pembom itu bakal melancarkan serangan ke lima kota utama Jepang. Yakni Tokyo, Kobe, Yokohama, Osaka, dan Nagoya.

Namun, rencana itu berantakan setelah mereka terpaksa melaksanakan serangan udara sehari lebih awal pasca-deteksi terakhir.

Dengan dipimpin Doolittle, mereka berhasil mengatasi badai maupun meriam anti-pesawat untuk menjatuhkan empat bom yang dibawa masing-masing pesawat.

Selain menghantam Tokyo, bom-bom dari Doolittle Raiders menyasar fasilitas industri maupun kapal penjelajah ringan, menewaskan 50 dan melukai 400 orang lainnya.

Doolittle dan para pilotnya menuju China, di mana mereka berencana untuk mendarat di area yang masih dikuasai Nasionalis China.

Namun, kurangnya bahan bakar membuat sejumlah Raiders jatuh. Satu jatuh di Vladivostok, dan ditahan pasukan Uni Soviet.

Baca juga: Ada Bungker Era Perang Dunia II Tersembunyi di Bawah Stasiun Kereta di Paris

Tiga orang tewas ketika jatuh. Sedangkan delapan pilot ditawan Jepang. Sementara sisanya dengan bantuan penduduk lokal berhasil mencapai wilayah Nasionalis.

Serangan itu disambut gegap gempita di AS. Meski jumlah korban tergolong minor, serangan itu memberikan dampak moral bagi Negeri "Paman Sam".

Sementara bagi Tokyo, Doolittle telah memberikan noda memalukan karena menunjukkan bahwa daratan utama mereka rentan terhadap serangan udara.

Mereka terpaksa memundurkan pertahanan Pasifik untuk memperkuat daratan utama. Keputusan itu malah memberi keuntungan bagi AS dalam Pertempuran Midway di Juni 1942.

Doolittle, yang kala itu berusia 45 tahun dan takut bakal dibawa ke mahkamah militer, mendapat penghargaan tertinggi Medali Kehormatan Kongres (Medal of Honor).

Selain itu, pangkatnya dinaikkan dua tingkat menjadi Brigadir Jenderal, dan dipindahtugaskan menjadi komandan Komando Kedelapan di Eropa.

Baca juga: 6 Pesawat Tempur Paling Penting Bagi AS di Masa Perang Dunia II

4. Pasca-perang dan Kematian
Menjadi komandan di Eropa berkekuatan 42.000 pesawat tempur, Doolittle memperbarui taktik pengawal pesawat pembom, di mana mereka dibebaskan mengejar AU Jerman.

Setelah perang usai, dia kembali ke Shell menjadi penasihat baik di sektor publik maupun swasta. Dia juga sempat terlibat dalam program luar angkasa AS.

Di 1959, Doolittle pensiun dengan pangkat Letnan Jenderal. 1985, Presiden Ronald Reagan mempromosikan Doolittle sebagai perwira bintang empat, atau Jenderal.

Doolittle meninggal dunia pada usia 96 tahun di Pebble Beach, California, 27 September 1993, dan dimakamkan di Pemakaman Nasional Arlington, tepat sebelah istrinya, Josephine E Daniels.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Perang Dunia II di Eropa Resmi Berakhir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com