Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Perusahaan Kereta Api Pertama Dunia yang Layani Penumpang...

Kompas.com - 27/09/2018, 17:42 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kebutuhan akan kenyamanan dan penghematan waktu untuk perjalanan menjadi alasan nomor wahid bagi penumpang kereta api. Ketika kereta cepat Shinkansen di Jepang memulai debutnya pada 1964, negara-negara lain juga berlomba-lomba untuk membuat kereta cepat yang sama.

Setelah itu, Perusahaan Perancis Alstom dan SNCF mengembangkan kereta TGV yang bisa melaju dengan kecepatan 380 kilometer per jam.

Dengan inovasi baru ini, maka tak heran perusahaan kereta dunia semakin berambisi untuk menciptakan kereta dengan kenyamanan, pelayanan dan kecepatan yang lebih baik.

Sampai akhirnya, China berhasil menciptakan kereta Shanghai Maglev yang mempunyai kecepatan jelajah maksimum 430 kilometer per jam. Penumpang dihadapkan pada pilihan untuk menggunakan salah satu moda transportasi sesuai dengan keinginannya.

Meski begitu, perjalanan industri kereta api di era awal terbilang tak mudah. Industri transportasi ini sudah berkembang sejak era 1820-an. Ketika itu, di Inggris terdapat perusahaan kereta api kali pertama di dunia yang memberikan layanan angkutan dan penumpang.

Perusahaan Kereta berjuluk "Stockton and Darlington Railway" didukung oleh lokomotif uap yang membuka jalurnya untuk bisnis.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kereta Api Cepat Pertama di Eropa Beroperasi

Untuk tambang dan angkutan

Ide pengembangan lokomotif tersebut berawal dari seorang bernama George Stephenson yang bekerja membantu ayahnya pada sebuah tambang. Berkat kemampuannya, dia berhasil mengembangkan beberapa mesin uap untuk memudahkan dalam pekerjaan tambang.

Dengan menggunakan mesin uap, bisa menarik beban 50 kali lebih banyak daripada kuda. Selain itu, penambahan bantalan rel juga bisa membantu mempercepat akses untuk tambang. Penemuan mesin uap oleh James Watt dikembangkan oleh Stephenson dengan baik.

Pengembangan dari Stepenshon ternyata juga bersamaan dengan rencana dari petinggi tambang untuk mempercepat pergerakan batu bara menuju kapal untuk segera diangkut. Hal ini merupakan bisnis yang menggiurkan bagi mereka.

Pada 1821, 1.200 ton rel besi can cor besi mulai didatangkan untuk merealisasikan untuk pengembangan dari misi tersebut.

Pada 27 September 1825, kereta yang telah dikembangkan oleh Stepenshon akhirnya memulai debutnya. Kereta ini menggunakan lokomotif uap menggunakan jalur rel sepanjang 42 kilometer.

Jalur tersebut dibangun antara Darlington dan Stockton, kemudian dari Darlington menuju Inggris Utara. Jalur yang awalnya digunakan untuk menghubungkan tambang batu bara menuju kapal yang berlayar di laut, akhirnya juga bergungsi untuk mengangkut penumpang.

Stephenson mengendalikan kereta uapnya membawa 450 orang dengan kecepatan 15 mil atau 24 km per jam. Kereta ini membawa 28 gerbong dengan 21 gerbong untuk penumpang dan 6 gerbong untuk batubara.

Kereta pertama ini tak secepat TGV dan Shinkansen, karena memerlukan waktu sekitar dua jam untuk menempuh 19 kilometer. Sebagian penumpang duduk berdekatan dengan batu bara.

Semenjak itu, muncul beberapa tanggapan dari penduduk untuk mengurangi pembawaan batu bara dan membawa penumpang lebih. Sampai akhirnya, perkembangan kereta api mulai berkembang dan menjalar ke berbagai kota di Inggris.

George Stephenson mulai mendapatkan perintah untuk menjadi insinyur membangun jalan kereta api beserta beberapa orang yang tergabung dalam perusahaan tersebut. Jalur Liverpool dan Manchester menjadi rencana selanjutnya.

...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com