MANILA, KOMPAS.com - Anggota Senat Filipina yang kerap mengkritik Presiden Rodrigo Duterte dalam memerangi narkoba ditangkap pada Selasa (24/9/2018).
Senator Antonio Trillanes ditahan lalu mengajukan uang jaminan tak lama setelah pengadilan menerbitkan surat untuk mengeluarkannya dari gedung Senat.
Trillanes sudah bersembunyi di gedung Senat selama empat pekan untuk menghindari penangkapan.
Baca juga: Politisi Pengkritik Duterte Kehilangan Jabatan di Senat
Perintah penangkapan ini sekaligus membatalkan pengampunan yang diberikan delapan tahun lalu kepada Trillanes.
Pengampunan diberikan kepada Trillanes, mantan perwira angkatan laut, terkait keterlibatannya dalam dua upaya kudeta pada pertengahan 2000-an.
"Mereka memutarbalikkan undang-undang sehingga demokrasi dan institusi negara ini tak berfungsi," kata Trillanes kepada jurnalis.
"Kasus ini tidak terkait dengan apapun kecuali dendam Duterte dan sektunya," tambah dia.
Duterte menerbitkan dekrit awal bulan ini untuk menangkap Trillanes yang dituduh tidak memenuhi kewajibannya mengajukan permohonan resmi amnesti dan mengaku bersalah.
Keputusan ini menimbulkan keprihatinan di Filipina. Para pengkritik pemerintah mempertanyakan terkait wewenang presiden memberikan amnesti.
"Penangkapan ini adalah bagian dari persekusi para pengkritik pemerintahan Duterte," kata Carlos Conde dari HRW Filipina.
"Penangkapan ini adalah contoh untuk membungkam mereka yang menentang kebijakan perang melawan narkoba Duterte," ujar Conde.
Masalah hukum yang lebih besar menanti Trillanes karena berbagai dakwaan lain yang tidak memiliki kemungkinan peluang bebas dengan jaminan.
Tahun lalu, Trillanes meminta Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk melakukan investigasi terhadap kebijakan perang melawan narkoba yang dikobarkan Duterte.
Trillanes juga berulang kali menyebut Duterte sebagai seorang pembunuh massal dan memiliki sejumlah rekening bank rahasia.
Trillanes juga pernah mengusulkan agar putra sulung Duterte, Paolo menjalani penyelidikan Senat karena diduga terlibat dalam penyelundupan narkoba.
Sedangkan tuduhan mengobarkan pemberontakan dan kudeta menjerat Trillanes dan beberapa perwira militer yang melawan Presiden Gloria Macapagal Arroyo yang dituduh melakukan korupsi.
Baca juga: Senator Filipina Sebut Duterte Seorang Pembunuh Berantai
Pada 2003, dia memimpin sejumlah perwira muda menduduki salah satu distrik utama di Manila.
Pada 2007, Trillanes mengulangi upaya kudetanya saat bersama sejumlah tentara menduduki sebuah hotel di Manila menuntut pengunduran diri Arroyo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.