Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelompok Pemberontak di Suriah Setuju Zona Demiliterisasi di Idlib

Kompas.com - 24/09/2018, 09:29 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

DAMASKUS, KOMPAS.com - Kelompok pemberontak Suriah pro-Turki mempertimbangkan untuk menerima kesepakatan antara Moskwa dengan Ankara terkait wilayah Idlib.

Namun sebagian kecil kelompok radikal telah memutuskan untuk menolak kesepakatan antara Presiden Vladimir Putin dengan Recep Tayyip Erdogan.

Kesepakatan yang dicapai kedua pemimpin negara saat bertemu di Sochi awal pekan lalu, diambil untuk mencegah dilancarkannya serangan oleh rezim Suriah yang didukung Rusia ke wilayah kantong terakhir pemberontak di Provinsi Idlib.

Aliansi pemberontak Front Pembebasan Nasional (NFL), pada Sabtu (22/9/2018), menyatakan siap menerima kesepakatan untuk Idlib, namun mereka mengatakan bakal tetap bertahan.

"Kerja sama penuh kami dengan sekutu Turki dalam membantu menyukseskan upaya menyelamatkan warga sipil dari akibat peperangan," kata aliansi NFL dalam pernyataannya.

Baca juga: Ribuan Pengungsi Suriah Dikabarkan Mulai Kembali ke Idlib

"Namun kami juga akan tetap waspada terhadap segala bentuk pengkhianatan oleh Rusia, rezim (Suriah) maupun Iran," tambah pernyataan itu seperti dilansir AFP.

NFL turut mencemaskan bahwa kesepakatan yang tercapai hanya akan bersifat sementara.

"Kami tidak akan menyerahkan persenjataan kami, tanah kami atau revolusi kami melawan pemerintahan Bashar al-Assad yang didukung Iran dan Rusia," kata kelompok pemberontak.

Sementara pada Sabtu (22/9/2018) lalu, pesan yang beredar luas di media sosial dari jaringan Hurras al-Deen yang berafiliasi dengan Al Qaeda, menegaskan sikap penolakan terhadap kesepakatan yang dicapai di Sochi.

"Kami di organisasi Hurras al-Deen kembali mengumumkan penolakan kami terhadap bentuk konspirasi ini," bunyi pesan itu.

Kesepakatan tersebut berupa rencana membentuk zona demiliterisasi sepanjang 15-20 kilometer di sekitar Idlib.

Di bawah kesepakatan itu, seluruh faksi yang ada di wilayah tersebut diwajibkan menyerahkan persenjataan berat mereka paling lambat pada 10 Oktober. Kemudian pada 15 Oktober, kelompok radikal harus mundur.

Baca juga: Rusia Tak Akan Gelar Operasi Militer ke Idlib

Sementara itu, aliansi yang dipimpin kelompok jihad asal Suriah yang sebelumnya berafiliasi dengan Al Qaeda, Hayat Tahrir al-Shan (HTS), yang telah menjadi kekuatan dominan di wilayah perbatasan Turki, belum memberikan tanggapan terkait kesepakatan Idlib.

Pada Agustus lalu, pemimpin HTS, Abu Mohamed al-Jolani memperingatkan faksi oposisi di Idlib menentang penyerahan persenjataan mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com