Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia: AS "Bermain Api" dengan Beri Sanksi kepada China

Kompas.com - 21/09/2018, 15:44 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

MOSKWA, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) telah "bermain api" karena menjatuhkan sanksi kepada China akibat membeli senjata dari Rusia.

Pernyataan itu diungkapkan Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov sebagaimana diwartakan kantor berita AFP Jumat (21/9/2018).

Dalam keterangan tertulis, Ryabkov berujar stabilitas global yang selama ini sudah terjalin telah dirusak AS karena meningkatkan ketegangan dengan Rusia.

Baca juga: AS Jatuhkan Sanksi kepada China karena China Beli Senjata Rusia

"Bermain api itu konyol. Sangatlah berbahaya. Kami mengimbau operator sanksi AS setidaknya belajar sejarah kami agar tidak berada di isu itu-itu saja," tutur dia.

Peringatan juga datang dari Beijing melalui juru bicara Kementerian Luar Negerinya, Geng Shuang, yang menyatakan mereka telah mengirim nota protes ke AS.

Dalam konferensi pers, Geng menjelaskan sanksi yang dijatuhkan Negeri "Paman Sam" telah mencederai relasi dua negara di sektor militer.

"Karena itu, kami menyarankan agar pemerintah AS mencabut apa yang mereka sebut sebagai 'sanksi'. Jika tidak mereka bakal menanggung konsekuensinya," tegas Geng.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri menjatuhkan sanksi kepada Negeri "Panda" setelah membeli 10 unit jet tempur Sukhoi Su-35 dan sistem rudal S-400.

Sanksi dijatuhkan kepada Departemen Pengembangan Peralatan China (EDD) dan ketuanya, Li Shangfu, karena menyelesaikan pembelian dengan eksporter Rusia, Rosoboronexport.

Dalam keterangan resmi, Kemenlu AS menyatakan China menjadi negara Dunia Ketiga pertama yang disanksi di bawah Aturan Menangkal Musuh AS lewat Sanksi (CAATSA) yang disahkan di 2017.

AFP melaporkan melalui sanksi tersebut, pemerintahan Donald Trump nampaknya siap mengorbankan relasi dengan negara lain dalam usaha mereka melawan Rusia.

Li dan EDD dimasukkan Daftar Hitam Individu, yang berarti aset mereka di AS bakal dibekukan, dan warga Amerika dilarang berbisnis dengan mereka.

Lisensi ekspor EDD ditangguhkan, dan mereka dikeluarkan dari sistem finansial AS. Washington juga memberi sanksi 33 perwira militer dan intelijen Rusia yang terlibat.

Baca juga: Rusia Kecam Kebijakan Luar Negeri AS yang Selalu Mendahulukan Sanksi

Anggota parlemen Rusia, Franz Klintsevich, berujar, sanksi yang dijatuhkan pemerintahan Presiden Donald Trump tidak akan menghalangi penjualan jet Sukhoi dan S-400.

Lembaga think tank Chatham House melaporkan, Asia merupakan pasar terbesar persenjataan Rusia. Sejak 2000, sebanyak 70 persen penjualan Kremlin dilakukan di sana.

"India, China, dan Vietnam merupakan negara dengan permintaan terbanyak akan senjata Rusia di kawasan tersebut," tulis Chatham House.

AS mengesahkan Peraturan Menangkal Musuh Amerika lewat Sanksi (CAATSA) pada 2017 dengan target Rusia, Iran, dan Korea Utara (Korut). Kamis (20/9/2018).

Trump mengeluarkan perintah eksekutif agar sanksi tersebut bisa segera diimplementasikan. "Tujuan utamanya adalah Rusia," kata seorang pejabat anonim.

Baca juga: AS Pertimbangkan Beri Sanksi ke China atas Perlakuan ke Muslim Uighur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com