SINGAPURA, KOMPAS.com - Tokoh politik Malaysia Anwar Ibrahim melontarkan pengakuan bahwa seharusnya dia yang dilantik menjadi Perdana Menteri, bukan Mahathir Mohamad.
Anwar mengatakannya dalam kuliah umum dengan siswa di Universitas Manajemen Singapura (SMU), dilansir Channel News Asia Kamis (20/9/2018).
Saat itu, dia mendapat pertanyaan bagaimana perasaannya melihat prosesi pelantikan Mahathir, di mana Anwar menontonnya dari rumah sakit karena baru saja menjalani operasi.
Baca juga: Mahathir: Anwar Ibrahim adalah Pengganti Saya Jadi PM Malaysia
Dengan berkelakar, Presiden Parti Keadilan Rakyat (PKR) itu mengajukan kepada para siswa apakah jawaban tersebut harus normatif atau jujur.
"Jika jawaban saya normatif, tentu saya sangat senang. Ketika Mahathir dilantik, banyak orang berkata itu adalah fajar baru di Malaysia," ujar Anwar.
Apalagi, Mahathir sempat menjanjikan pengampunan Raja Yang di-Pertuan Agong Sultan Muhammad V kepada Anwar jika menang.
Anwar kemudian memberikan pengakuan dengan menunjuk ke dirinya sendiri bahwa seharusnya dia yang menjadi PM ketujuh Malaysia.
"Saya tidak akan berbohong kepada kalian. Saya memang mempunyai pikiran seperti itu. Seharusnya saya yang jadi PM. Bukan beliau (Mahathir)," ungkap Anwar disambut tawa hadirin.
Siswa lainya bertanya apa sikap Anwar setelah pemerintahan Mahathir menurunkan usia pemilih dari yang semula 21 tahun menjadi 18 tahun.
Mantan Wakil PM periode 1993-1998 itu menuturkan dia sangat mendukung kebijakan itu. Dia telah mengunjungi sekolah dan universitas, dan berbicara dengan murid berumur 18 tahun.
"Mereka lebih pintar dari yang usia 50-an. Namun, yang lebih penting mereka lebih idealis, lebih punya prinsip, dan tentunya benci korupsi," tegas dia.
Sementara siswa lainnya bertanya jika nantinya Anwar menjadi orang nomor satu Negeri "Jiran", apakah dia bakal mempertahankan Menteri Keuangan Lim Guan Eng.
"Jadikan saya perdana menteri dahulu, baru kita bahas isu itu di kemudian hari," canda politis berusia 71 tahun tersebut.
Baca juga: Anwar Ibrahim: Saya Tidak Dendam dengan Mahathir Mohamad
Hubungan Mahathir dan Anwar memburuk di 1998 setelah Anwar mengkritik kebijakannya. Dia dipenjara atas tuduhan sodomi serta korupsi.
Sempat dibebaskan di 2004, Anwar kembali dipenjara karena tudingan sodomi di 2015. Hubungan Mahathir-Anwar kembali pulih di 2016.
Saat itu, Mahathir memutuskan turun gunung menantang Najib Razak yang disibukkan kabar skandal korupsi 1Malaysia Development Berhad (1MDB).
Sebagai bagian dari kesepakatan, Mahathir bakal memberikan tampuk kekuasaan kepada Anwar setelah dua tahun menjabat.
Baca juga: Anwar Ibrahim Resmi Bebas dari Penjara
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.