Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Miris Wanita Indonesia yang "Dijual" dan Dinikahkan di China (1)

Kompas.com - 19/09/2018, 14:43 WIB
Ervan Hardoko

Editor

Disekap dan disiksa

Selang beberapa hari setelah pertemuan di rumah keluarganya, LL dibawa ke sebuah apartemen di Jakarta. Di sana, dia berkumpul bersama beberapa perempuan lain yang juga akan diperistri sejumlah pria di China.

Dan, pada 16 Januari 2018, LL berangkat ke Negeri Tirai Bambu bersama dua perempuan lainnya.

Setelah menikah, dia tinggal bersama suaminya di Desa Weijahe, Kota Taihu Anging, Provinsi Anhui, China.

Baca juga: Dua Remaja Aceh Korban Perdagangan Manusia Dijadikan PSK di Malaysia

Awalnya semua berjalan sesuai janji. Bahkan, LL mengaku sempat mengirim uang ke orangtuanya sebesar Rp 10 juta. Namun itu semua tak berlangsung lama.

Alih-alih pulang kampung secara rutin seperti yang dijanjikan, LL mengklaim dirinya disekap, disiksa, diberi makan tidak layak, dan dilecehkan secara seksual oleh suaminya.

Karena tidak tahan, LL kabur dengan cara melompat dari lantai dua rumah suaminya, hingga kakinya patah.

Dengan kondisi itu, LL menelusuri jalan sejauh dua kilometer menuju kediaman temannya, M, dan seorang pria China dari sebuah agensi.

Ibarat lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya, LL mengaku harus kembali terjerat masalah. Bantuan yang diberikan pria China itu ternyata tidak gratis. Perempuan 27 tahun itu harus membayar Rp 20 juta.

Karena tidak punya uang, LL membayarnya dengan bekerja. Ia mengklaim seringkali diancam dipekerjakan sebagai pekerja seks komersial jika gagal membayar.

Mesin pencetak anak

Kisah miris lainnya datang dari Marisa (bukan nama sebenarnya). Perempuan asal Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat ini, juga dinikahkan dengan seorang pria asal China.

Meski tidak mengalami kekerasan fisik dan seksual, namun Marisa mengaku hidup bagai dalam penjara di rumah suaminya di Henan, China.

Dia dilarang keluar rumah dan selalu diawasi dengan ketat. Marisa keluar rumah hanya untuk bekerja menemani suaminya bekerja di ladang.

Selama hampir enam bulan tinggal di China, Marisa merasa tidak diperlakukan layaknya seorang isteri dan dicekoki obat setiap hari. Dia meyakini hanya akan dijadikan mesin pencetak anak.

"Mungkin aku ingin dijadikan mesin pencetak anak, makanya aku selalu dikasih terus minum obat," ujar Marisa sambungan telepon, Selasa (18/9/2018).

Baca juga: Kepulangan Korban Perdagangan Manusia di Malaysia Terkendala Birokrasi

Marisa mengaku tergiur dengan sejumlah materi yang dijanjikan saat menerima tawaran perjodohan dengan pria China itu.

Kini, dia hanya bisa bersedih dan kecewa karena kenyataan yang ada jauh dari bayangannya.

"Aku enggak percaya sama orang sini. Dia janjinya akan mulangin aku bulan kemarin, tapi buktinya mana? Aku takutnya setelah punya anak, dia enggak akan ngizinin pulang, yang ada nanti aku disuruh punya anak. Aku pengen pulang, enggak mau di sini," ujarnya sambil terisak. (bersambung)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com