Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan di Kenya Terpaksa Membayar Pembalut dengan Seks

Kompas.com - 18/09/2018, 22:13 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

NAIROBI, KOMPAS.com - Gadis-gadis di Kenya terpaksa melakukan hubungan seks untuk bisa mendapatkan produk-produk sanitasi wanita, seperti pembalut.

Hal tersebut menjadi cara terakhir di tengah kondisi kemiskinan yang parah dan adanya stigma seputar mentruasi di masyarakat Kenya.

Laporan penelitian yang dilakukan UNICEF mengungkapkan, sebanyak 65 persen perempuan di Kibera mendapatkan produk-produk sanitasi yang ditukar dengan seks.

Kibera merupakan kawasan kumuh terbesar di Kenya, bahkan Afrika.

Laporan oleh badan tersebut juga menyebut 54 persen perempuan muda Kenya memiliki masalah dalam mendapatkan produk kebersihan wanita dan 22 persen gadis usia sekolah harus membeli sendiri produk tersebut.

Baca juga: Sebut Presiden Kenya seperti Monyet, Pengusaha China Dideportasi

Kepala Urusan Air, Sanitasi dan Kebersihan untuk UNICEF di Kenya, Andrew Trevett mengatakan kepada The Independent bahwa gadis remaja melakukan hubungan seks dengan kendaraan umum untuk dua alasan.

"Alasan pertama yang pasti adalah kemiskinan, karena perempuan tidak memiliki cukup uang untuk membeli produk kebersihan wanita."

"Selain itu adalah masalah ketersediaan. Seks transaksional untuk produk sanitasi terjadi karena barang-barang itu tidak tersedia di desa di mana gadis-gadis itu tinggal," ujarnya dilansir Metro.co.uk.

"Di wilayah pedesaan, anak-anak perempuan dihadapkan pada masalah transportasi dan tidak mampu membayar ongkos bus. Di beberapa desa terpencil, tidak ada jalan maupun layanan bus," tambahnya.

Kemiskinan adalah masalah yang umum terjadi di Kenya, dengan UNICEF menemukan 7 persen wanita menggunakan kain bekas, bulu ayam, bakan kertas koran sebagai pengganti pembalut atau tampon.

Beberapa bahkan menggali lubang di tanah dan duduk di sana selama berhari-hari hingga menstruasi mereka selesai.

Baca juga: 21 Gadis Nepal Diselamatkan dari Kelab Penari Telanjang di Kenya

Masalah menstruasi juga masih menjadi hal yang tabu untuk dibahas secara terbuka di masyarakat atau di rumah.

Dalam banyak komunitas, menstruasi dipandang sebagai pintu menuju kedewasaan wanita dan tanda bahwa mereka telah siap untuk menikah.

Namun kini Kenya telah mulai berbenah untuk mengatasi masalah ini. Bersama dengan UNICEF, pemerintah Nairobi telah menyediakan aksis fasilitas sanitasi dan kesehatan perempuan yang aman bagi sekitar 90.000 perempuan di 335 sekolah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com