IDLIB, KOMPAS.com - Kelompok pemberontak di Suriah dilaporkan mendapat pasokan persenjataan dari Turki sebagai persiapan menghadapi serangan yang dilancarkan pasukan rezim bersama sekutunya ke Idlib.
Disampaikan komandan pemberontak Suriah kepada Reuters, bahwa Ankara telah mengirimkan persenjataan dan amunisi ke pasukan oposisi di Idlib, wilayah kantong terakhir di Suriah yang masih dikuasai pemberontak.
Namun menurut laporan sebuah media pro-rezim Suriah menyampaikan bahwa rencana serangan tersebut telah ditunda.
Melansir dari The New Arab, hal tersebut salah satunya karena rezim Suriah bersama sekutu Rusia dan Iran, menyimpulkan bahwa mereka akan menghadapi perlawanan yang jauh lebih besar dari para pemberontak dibandingkan dengan yang diperkirakan sebelumnya.
Baca juga: Turki Tawarkan Evakuasi bagi Pemberontak Keluar dari Idlib
Selain itu, pertentangan yang vokal dari Turki juga turut menjadi batu sandungan, dengan Ankara sebagai bagian penting dalam proses perdamaian Astana yang didukung Rusia dan Iran.
Turki juga menyatakan bakal membantu para pemberontak di Suriah apabila serangan benar-benar dilancarkan oleh pasukan rezim Bashar al-Assad.
Ankara dimungkinkan bakal mengirim kekuatan militernya yang dikerahkan dalam operasi Tameng Efrat untuk mendukung pasukan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) di Idlib.
"Mereka menjanjikan dukungan militer Turki untuk pertempuran yang berlarut-larut," kata seorang komandan FSA.
Diungkapkan perwira FSA, di antara persenjataan yang dikirimkan ke Idlib dalam beberapa terakhir termasuk peluncur misil Grad.
"Pasokan senjata dan amunisi ini memungkinkan pertempuran diperpanjang dan memastikan pasokan kami tidak terkuras selama peperangan. Orang-orang Turki memastikan mereka memiliki cukup amunisi yang akan membuat mereka bertahan dalam waktu lama," tambahnya.
Pasukan pemberontak yang bersatu di Suriah, yang dikenal dengan Front Nasional untuk Pembebasan, telah dibentuk di Idlib dengan bantuan Turki dan arahan dari FSA yang berjumlah sekitar 30.000 pasukan.
Ankara juga tengah berupaya membujuk anggota kelompok milisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS) agar memisahkan diri dari ideologi jihad dan bergabung dengan kelompok pemberontak yang lebih moderat, namun belum berhasil.
Baca juga: Rusia Kembali Lancarkan Serangan Udara di Wilayah Pemberontak Idlib
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.