Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Pesan Terakhir Para Korban Tragedi 9/11

Kompas.com - 11/09/2018, 14:46 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Seorang penumpang dari pesawat maskapai United Airlines 175 mengirimkan pesan kepada istrinya di Massachusetts.

Si pengirim, Brian Sweeney, mengatakan kepada istrinya Jules bahwa pesawat yang ditumpanginya saat itu sedang dibajak.

Konsultan aeronautika dan mantan pilot Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) itu berkata, dia dan penumpang lainnya berencana melawan balik.

Baca juga: 3 Perusahaan Ini Kehilangan Ratusan Pegawai saat Tragedi 9/11

"Jika keadaan memburuk, aku hanya ingin engkau tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Selamat tinggal sayang. Aku harap aku bisa menghubungimu kembali," kata Sweeney.

Tiga menit kemudian, pesawat United Airlines itu menghantam lantai atas Menara Selatan World Trade Center pada 11 September 2001.

Percakapan Sweeney kepada istrinya merupakan sekelumit pesan terakhir dari para korban tragedi 11 September, atau 9/11.

Peristiwa tersebut menewaskan 2.996 orang, termasuk 19 orang pembajak. Hingga 17 tahun, masih ada 1.111 korban yang belum teridentifikasi.

Pasca-tragedi itu, AS menuduh kelompok Al-Qaeda sebagai pelaku utama, dan melancarkan serangan ke Afghanistan untuk mengusir mereka.

Dilansir news.com.au Selasa (11/9/2018), berikut merupakan pesan terakhir dari para korban peristiwa 9/11.

Pesan suara itu dikumpulkan dan dipamerkan di Museum 9/11 New York dari para penumpang, awak kabin, maupun pegawai kantoran.

Baca juga: 17 Tahun Berlalu, 1.111 Korban Tragedi 9/11 Belum Dapat Diidentifikasi

1. Melissa Doi

Doi merupakan lulusan Universitas Northwestern yang bermimpi menjadi seorang balerina. Saat kejadian, dia bekerja sebagai manajer di IQ Financial Systems.

Dia menelepon layanan darurat 911 dari lantai 83 di Menara Selatan, World Trade Center 2:

Doi: Sangat panas di sini. Saya bisa melihat... Saya tidak bisa melihat, saya tak bisa melihat apapun!

911: Oke.

Doi: Yang bisa saya lihat hanyalah asap.

Doi: Maafkan saya. Tunggu sebentar. Tolong tetap tenang bersama saya. Saya sedang mendokumentasikannya. Tolong tunggu sebentar.

Doi: Saya bakal mati, kan?

Baca juga: Tragedi 9/11 AS, Empat Pesawat Dibajak dan Satu Sasaran Meleset...

911: Tidak, tidak, tidak. Bu, tolong Anda mulai berdoa sekarang.

Doi: Saya bakal mati.

911: Anda harus tetap berpikir positif. Sebab Anda harus saling menolong di lantai itu.

Doi: Saya bakal mati.

911: Jangan. Dengar. Tolong Anda tetap tenang. Cobalah tetap tenang.

Doi: Tuhan, tolonglah saya...

2. Kevin Cosgrove

Saat kejadian pukul 09.54 waktu setempat, Cosgrove menelepon layanan darurat dari lantai 105 gedung yang sama dengan Doi.

Saat itu, dia terperangkap bersama rekan kerjanya Doug Cherry. Keduanya berusaha bernapas dalam kepulan asap hitam nan pekat.

Cosgrove: Nona, saya bersama teman saya terjebak. Kami tidak siap untuk mati, namun keadaan semakin buruk.

911: Kami bakal segera ke sana.

Cosgrove: Ya ampun, seharusnya (nasib) saya tidak seperti ini. Saya masih punya anak.

Cosgrove: Ada asap yang begitu tebal di sini.

911: Tolong duduk tenang. Kami bakal menyelamatkan Anda secepat mungkin.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Serangan 9/11 di Amerika Serikat

Cosgrove: Saya tahu kalian sudah berusaha menyelamatkan banyak orang. Namun kami berada di lantai atas. Asapnya sudah mulai meninggi.

Cosgrove: Ayolah, saya hampir tak bisa bernapas sekarang. Saya juga hampir tak bisa melihat. Sangat gelap, pekat. Kami masih muda, belum siap untuk mati.

911: Halo?

Cosgrove: Halo, ternyata ada tiga orang di sini. Ada dua jendela pecah. Ya Tuhan, ah!

Telepon Cosgrove terputus setelah sebelumnya sempat terdengar teriakan dan suara reruntuhan yang jatuh.

3. Melissa Harrington Hughes

Saat itu, Hughes sedang berada di New York untuk keperluan bisnis. Dia menelepon suaminya, Sean, di San Francisco saat terjebak di WTC.

"Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Saat ini aku terjebak di gedung ini (WTC) di New York," ujar Hughes dalam pesan suara.

"Banyak asap di sini. Sekali lagi aku hanya ingin engkau tahu aku bakal mencintaimu sampai kapanpun," tutur dia.

4. Ceecee Lyles

Lyles merupakan awak kabin pesawat United Airlines dengan nomor penerbangan 93 ketika dibajak di 11 September 2001.

United 93 adalah pesawat di mana para penumpang dan kru-nya berusaha melawan kelompok pembajak, yang membuat pesawat itu jatuh di Pennsylvania.

Diyakini penumpang dan kru pesawat United 93 melawan agar tidak terjadi jatuh korban lebih banyak dari serangan tersebut.

Saat kejadian, Lyles berusaha menelepon suaminya yang merupakan seorang polisi. Namun, suaminya tak merespon karena tertidur setelah terbebas dari tugas jaga malam.

Baca juga: 17 Tahun Berlalu, Jasad Korban Teror 9/11 Berhasil Diidentifikasi

Dalam pesan suaranya kepada sang suami, Lyles mengatakan bahwa dia menelepon dari pesawat dan bercerita terjadi aksi pembajakan.

Ibu empat anak itu berkata ada tiga orang yang membajak pesawat. Lyles berujar, dia mendengar ada pesawat yang sudah menghantam WTC.

"Aku harap aku bisa melihat wajahmu lagi sayang. Aku mencintaimu. Selamat tinggal," kata Lyles dalam pesan suara tersebut.

5. Betty Ong

Ong adalah kru pesawat American Airlines nomor penerbangan 11 dari Boston menuju Los Angeles yang pertama kali dibajak.

Dia menelepon layanan pemesanan maskapai yang dijawab oleh agen saat itu, Nydia Gonzalez. Berikut percakapan mereka.

Ong: Kokpit tak merespon. Seseorang tertusuk di kelas bisnis, dan um, saya rasa ada bau yang membuat kami tak bisa bernapas.

Baca juga: Bukti Terbaru, Arab Saudi Danai Dry Run untuk Serangan Teror 9/11

Ong: Saya tidak tahu. Saya pikir kami baru saja mengalami aksi pembajakan. Nama saya Betty

Ong. Saya kru nomor 3 di penerbangan 11.

AAL: Bisakah Anda menjabarkan orang itu, yang Anda katakan tertusuk di kelas bisnis?

Ong: Saya duduk di belakang. Seseorang datang dari kelas bisnis. Jika Anda mau menunggu sebentar.

(Terjadi percakapan di mana Ong menanyakan siapa yang menjadi korban penikaman).

Seseorang: Saya tidak tahu. Tapi saya dengar Karen dan Bobby juga ditusuk.

Ong: Nomor 1 kami ditusuk. Kepala kru kami ditusuk. Ah, kami tidak tahu siapa menusuk siapa karena kami tidak bisa menghampiri kelas bisnis.

Ong: Penumpang kelas bisnis, kepala kru, maupun nomor 5 ditusuk. Kami bahkan tak bisa menuju kokpit. Kami tahu siapa yang berada di dalam.

AAL: Yah, jika mereka cerdas, mereka bakal segera menutup pintunya, dan..

Ong: Maaf?

AAL: Apakah mereka tidak berusah mensterilkan kokpit?

Ong: Saya pikir orang-orang itu (pelaku) ada di sana. Mereka sengaja membentengi diri. Tidak ada yang bisa menghubungi kokpit.

(Telepon kemudian dialihkan menuju layanan darurat)

AAL: Apa yang terjadi, Betty? Betty, tolong bicara. Betty, apa Anda di sana? (Diam) Mungkin, kita kehilangan dia.

Baca juga: 16 Tahun Serangan ?9/11?: WTC Runtuh Bukan karena Tabrakan Pesawat?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com