Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/09/2018, 16:40 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

MANILA, KOMPAS.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte memerintahkan penangkapan seorang anggota parlemen, yang dianggap sangat kritis terhadap kebijakan perang melawan narkoba yang dijalankan pemerintah.

Perintah penangkapan Senator Antonio Trillanes disampaikan pada Selasa (4/9/2018), menjadi kali kedua seorang kritikus presiden dari kursi parlemen yang diancam dengan penahanan.

Kubu oposisi pemerintah mengecam perintah penangkapan tersebut dan menyebutnya bermuatan politik, serta membandingkannya dengan penangkapan senator sekaligus pengkritik Duterte, Leila de Lima, yang kini dipenjara atas tuduhan terlibat narkoba.

Perintah penahanan terhadap Trillanes bermula dari pembatalan amnesti yang diterima pada 2010 atas keterlibatannya dalam upaya kudeta melawan presiden kala itu, Gloria Macapagal Arroyo.

Baca juga: Pernah Hina Obama, Duterte Akhirnya Minta Maaf

Pembatalan pengampunan itu lantaran Trillanes dianggap tak memenuhi persyaratan pengajuan permohonan resmi dan mengakui kesalahan.

"Angkatan bersenjata dan Kepolisian Nasional Filipina diperintahkan menggunakan segala cara yang sah untuk menangkap Trillanes," kata perintah yang dimuat hanya di Manila Times.

Selain itu, Duterte juga ingin agar Trillanes diadili atas perbuatannya pada 2007, di mana dia bersama sejumlah pengikut bersenjatanya menyita sebuah hotel di Manila dan menuntut pengunduran diri Arroyo.

Menanggapi penangkapannya, Trillanes mengatakan telah menginstruksikan kepada para pengacaranya untuk mempelajari langkah-langkah membatalkan perintah penangkapan yang disebutnya sebagai sebuah kebodohan dan tidak berdasar.

"Ini jelas sebuah persekusi politik. Tapi saya tidak akan menyerah. Ada waktunya untuk pembalasan pada Anda dan antek-antek Anda," kata Trillanes melalui pernyataan tertulisnya.

Trillanes dikenal sebagai politisi oposisi yang kerap menentang pemerintah Filipina.

Pada 2003, dia memimpin pergerakan perwira muda dalam mengambil alih sebagian distrik utama di Manila sebagai protes terhadap pemerintahan Arroyo yang dituduh korupsi dan kegagalan memimpin negara.

Tahun lalu, Trillanes sempat mendesak agar putra tertua Duterte, Paolo, diseret ke hadapan penyelidik publik Senat untuk menghadapi tuduhan keterlibatan dalam perdagangan narkoba.

Baca juga: Duterte: Filipina Sebaiknya Diperintah Diktator seperti Marcos

Trillanes juga menuduh presiden telah menyembunyikan sejumlah besar dana yang tak dijelaskan dalam rekening bank.

Duterte, dalam sebuah pidatonya, sempat bersumpah akan membalas dendam atas setiap tindakan yang dilakukan Trillanes.

"Saya akan menghancurkannya atau dia yang akan menghancurkan saya," kata Duterte kala itu.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com