Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/09/2018, 13:36 WIB
|

TEL AVIV, KOMPAS.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte meminta maaf kepada mantan presiden AS Barack Obama yang pernah dihinanya pada 2016.

Hinaan kepada Obama itu dilontarkan Duterte setelah kebijakan kerasnya dalam memerangi peredaran narkoba dikecam pemerintahan Amerika Serikat.

Namun, Duterte mengatakan, hubungan Filipina dan AS kini membaik sejak Donald Trump yang disebutnya sebagai "sahabat yang berbicara dalam bahasaya yang sama" menjadi presiden AS.

"Hal yang pantas untuk disebutkan bahwa saat ini Obama sudah menjadi warga sipil dan saya meminta maaf atas kata-kata saya," ujar Duterte yang berpidato di hadapan warga Filipina di Israel, Minggu (2/9/2018).

Baca juga: Duterte: Filipina Sebaiknya Diperintah Diktator seperti Marcos

Duterte berada di Israel dalam kunjugan kerja selama empat hari untuk mencari sumber baru peralatan militer dan menegaskan perlindungan terhadap warganya di luar negeri.

Setelah terpilih menjadi presiden di pertengahan 2016, Duterte mendapatkan reputasi gemar menggunakan bahasa vulgar untuk menghadapi kritik terhadap kebijakannya.

Bukan hanya Obama yang pernah menjadi sasaran cercaan Duterte, Paus Fransiskus dan duta besar AS untuk Filipina juga pernah menjadi korban.

Duterte juga kerap menyerang PBB dan bahkan pernah mengacungkan jari tengahnya saat mengecam Uni Eropa.

Hinaan terhadap Obama dilontarkan Duterte menjelang KTT Asean di Laos dua tahun lalu yang berujung batalnya rencana pertemuan kedua pemimpin itu.

Obama kemudian menyebut Duterte sebagai "sosok yang berwarna" dan mendesak dia agar melakukan pemberantasan narkoba dengan cara yang "benar".

Baca juga: Duterte: Selama Ada Wanita Cantik, Maka Bakal Banyak Perkosaan

Kampanye pemberantasan peredaran narkoba ala Duterte memang banyak dikecam aktivis kemanusiaan karena sudah memakan korban lebih dari 4.400 orang.

Sejumlah kelompok pejuang HAM meyakini angka korban tewas sebenarnya bisa lebih banyak tiga kali lipat dan bisa dikatagorikan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com