TEL AVIV, KOMPAS.com - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji langkah Pemerintahan Presiden Donald Trump yang telah menghentikan pendanaan bagi Badan Pengungsi Palestina PBB, UNRWA.
Netanyahu beralasan bahwa badan tersebut telah melanggengkan permasalahan dan bukan menyelesaikannya.
"Amerika Serikat telah melakukan hal yang sangat penting dengan menghentikan pembiayaan untuk lembaga yang melestarikan pengungsi yang disebut sebagai UNRWA," kata Netanyahu dilansir AFP.
"Tapi akhirnya permasalahan mulai terselesaikan," ujarnya dalam pidato menyambut tahun ajaran baru, Minggu (2/9/2018).
Baca juga: AS Hentikan Total Pendanaan untuk Badan Pengungsi Palestina PBB
Netanyahu menambahkan, dana yang ada harus diambil kembali dan digunakan untuk membantu merehabilitasi pengungsi yang sesungguhnya, di mana jumlah sebenarnya jauh lebih kecil dibandingkan yang dilaporkan oleh UNRWA.
Pada Jumat (31/8/2018), pemerintah AS telah mengumumkan penghentian pendanaan untuk UNRWA, menghentikan peran Washington sebagai pendonor terbesar bagi lembaga itu.
Sepekan sebelumnya, Washington juga telah memutuskan pemotongan bantuan sebesar 200 juta dolar (sekitar Rp 2,9 triliun) untuk Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Langkah-langkah yang diambil AS tersebut telah menuai kecaman dari para pemimpin Palestina yang menuduh pemerintahan Trump berusaha menghentikan perjuangan mereka.
Penghentian dana bantuan turut memicu kekhawatiran akan masa depan badan PBB yang telah berfungsi menyediakan layanan bagi para pengungsi Palestina yang disebut mencapai sekitar lima juta jiwa.
Layanan yang terancam dihentikan termasuk pengoperasian 711 sekolah di wilayah Palestina, Yordania, Lebanon dan Suriah, yang menyediakan pendidikan untuk 526.000 anak-anak pengungsi.
Baca juga: Netanyahu: Hubungan Israel dan Negara Arab, Kunci Perdamaian Palestina
Selain itu, penghentian dana bantuan juga akan berdampak pada pemberian layanan kemanusiaan di berbagai bidang, seperti perawatan kesehatan, khususnya di Jalur Gaza.
Masalah pengungsi Palestina telah lama menjadi salah satu hambatan dalam upaya perdamaian di wilayah tersebut.
Lebih dari 750.000 warga Palestina melarikan diri atau diusir selama perang pada tahun 1948. Mereka dan para keturunannya kini diklasifikasikan sebagai pengungsi yang ditangani UNRWA.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.