BRASILIA, KOMPAS.com - Salah satu kandidat presiden Brasil, Jair Bolsonaro, melontarkan komentar kontroversial soal penegakan hukum.
Newsweek melansir Kamis (30/8/2018), Bolsonaro berkata polisi harus mendapat dukungan ketika menembak mati penjahat.
Dalam wawancara dengan televisi O Globo, Bolsonaro mengatakan seorang kriminal tidak bisa diperlakukan seperti warga pada umumnya.
Baca juga: AD Israel Selidiki Prajurit yang Tembak Mati 2 Remaja Palestina
"Jika seorang polisi membunuh 15-20 penjahat, seharusnya di diberikan medali, bukannya dituntut secara hukum," kata Deputi Federal Rio de Janeiro itu.
Alberto Almedia, seorang ilmuwan politik menjelaskan, politisi dari Partai Sosial Liberal (PSL) itu bisa dianggap ancaman bahwa dia bisa membunuh orang lain.
"Komentarnya seolah mengatakan kita bisa melawan kekerasan dengan kekerasan. Kebanyakan warga Brasil tak setuju dengan cara seperti itu," tutur Almedia.
Dia merujuk kepada fakta bahwa Negeri "Samba" merupakan salah satu yang mencatatkan angka pembunuhan tertinggi di dunia.
Pada 2017, tercatat 63.880 orang dibunuh. Jumlah itu mengalami peningkatan sebesar tiga persen dibanding tahun sebelumnya.
Bukan kali ini saja Bolsonaro melontarkan ucapan kontroversial. Juli, dia menyatakan Brasil tidak berutang apapun kepada warga kulit hitam pasca-sejarah perbudakan di sana.
"Jika Anda melihat sejarah, bukan bangsa Portugis tak datang ke Afrika. Kulit hitam sendiri yang menyerahkan diri pada perbudakan," kata dia saat itu.
Kemudian di 2003, politisi 63 tahun itu harus mendapat denda 3.000 dolar AS, atau Rp 44,3 juta, karena menghina anggota Kongres Brasil Maria do Rosario.
Bolsonaro menyatakan, sebelumnya Rosario sempat menyebutnya sebagai pemerkosa. "Saya katakan saya tak akan memperkosa Anda karena memang tak layak," ujar dia.
Baca juga: Seorang Ayah di AS Menembak Mati Anaknya karena Gay
"Saya merasa terhina sebagai seorang perempuan dan anggota kongres. Sampai di rumah, saya harus menjelaskannya kepada putri saya. Benar-benar tak bisa diterima," kecam Rosario.
Di pemilu yang bakal berlangsung Oktober nanti, Bolsonaro berada di tempat kedua dalam jajak pendapat dengan 19 persen.
Dia kalah dari mantan Presiden Luiz Inacio Lila da Silva. Namun, peluang Bolsonaro naik menjadi orang nomor satu terbuka lebar.
Sebabnya, Da Silva terancam didiskualifikasi karena saat ini masih menghuni penjara akibat terbukti melakukan skandal korupsi.
Baca juga: Tiga Paedofil di Yaman Ditembak Mati dan Jenazah Mereka Digantung
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.