Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Kembangkan Sistem untuk Prediksi Kejahatan yang Belum Terjadi

Kompas.com - 31/08/2018, 16:47 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber SCMP

TOKYO, KOMPAS.com - Pada 2002, sebuah film berjudul Minority Report yang dibintangi Tom Cruise dan Collin Farrell serta disutradari Steven Spielberg dirilis.

Film dengan setting di masa depan ini mengisahkan sebuah unit kepolisian yang memiliki perangkat untuk memprediksi kejahatan yang belum terjadi.

Sehingga, kepolisian di masa itu bisa mencegah sebuah kejahatan bahkan di saat sang pelaku belum memikirkannya.

Pertanyaannya, apakah teknologi semacam itu bisa diciptakan? Mungkin saja.

Baca juga: China Kembangkan Kapal Selam Nirawak yang Dilengkapi Kecerdasan Buatan

Saat ini, kepolisian dan militer Jepang secara terpisah akan melakukan uji coba sebuah perangkat kecerdasan buatan untuk memprediksi kejahatan dan kegiatan mencurigakan di laut.

Kepolisian Jepang meminta anggaran sebesar 144 juta yen atau sekitar Rp 15,2 miliar tahun depan untuk menguji kemampuan sistem ini.

Polisi akan melakukan uji coba untuk memprediksi kejahatan semacam pencucian uang, serangan teroris, dan insiden yang melibatkan kendaraan bermotor.

Harian Mainichi Shimbun mengabarkan, sistem ini dirancang untuk memprediksi kemungkinan jenis dan lokasi kejahatan akan terjadi.

Sehingga kepolisian di seluruh wilayah Jepang bisa sesegera mungkin mengambil langkah untuk mencegah terjadinya kejahatan.

"Dari sudut pandang keamanan, Jepang mungkin salah satu negara paling terbelakang di dunia karena memiliki tingkat kejahatan yang amat rendah," kata Morinosuke Kawaguchi, konsultan inovasi dan teknologi.

Baca juga: Facebook Kembangkan Kecerdasan Buatan untuk Menangkal Terorisme

"AS dan Inggris jauh lebih maju dalam hal ini, misalnya kepolisian Chicago sudah menggunakan sistem prediksi kejahatan yang berbasis data untuk mencegah sebelum tindak kriminal itu terjadi," lanjut Kawaguchi.

"Ini seperti dalam film fiksi Minority Report," tambah dia.

Sistem ini dirancang untuk mampu menganalisa data dalam jumlah besar mulai dari frekuensi lalu lintas hingga kondisi ekonomi di sebuah daerah.

Data ini kemudian digunakan untuk mengidentifikasi titik-titik tempat tindakan kriminal mungkin terjadi.

Saat tempat potensi kejahatan terdeteksi, petugas dikirim untuk melakukan patroli dan mencegah terjadinya aktivitas kriminal.

Baca juga: Kecerdasan Buatan Bakal Berkembang Bebas di AS

Kepolisian berencana untuk mengambangkan algoritma kecerdasan buatan yang memungkinkan mereka mengidentifikasi transaksi tak lazim dari peredaran uang yang terjadi sehari-hari.

Program ini menggunakan data dari berbagai institusi keuangan dan perusahaan kartu kredit.

Sistem ini akan fokus mengawasi akun-akun "tidur" yang tiba-tiba menerima uang dalam jumlah besar atau terlibat sejumlah transaksi internasional dalam waktu singkat.

Tahun lalu sebanyak 400.000 transaksi mencurigakan dilaporkan kepada divisi kepolisian yang mengawasi pencucian uang.

Teknologi kecerdasan buatan lain dikembangkan untuk mengidentifikasi dan melacak kendaraan bermotor yang dicurigai adalah barang curian atau digunakan dalam sebuah kejahatan.

Sistem ini dikembangan bisa tetap melacak kendaraan tersebut meski data pergerakan kendaraan yang diawasi tidak lengkap.

Hal selanjutnya yang dikembangkan adalah untuk mencegah serangan teroris.

"Bagian ini amat menjadi perhatian pemerintah Jepang, apalagi menjelang Olimpiade Tokyo 2020," tambah Kawaguchi.

Sistem pengenalan wajah sudah dikembangkan dan memiliki akurasi hingga 80 persen.

"Sistem ini bisa mengetahui apakah seseorang terlibat dalam kejahatan dengan mengidentifikasi tanda kemarahan, stres, atau hal lain yang mengindikasikan mereka merencanakan sesuatu yang jahat," ujar Kawaguchi.

Baca juga: Huawei Siapkan Kecerdasan Buatan yang Bisa Kenali Emosi Manusia

Kementerian Pertahanan juga tengah mengembangkan sistem serupa untuk mengidentifikasi kapal-kapal mencurigakan yang bisa membahayakan wilayah kedaulatan Jepang. Demikian harian Yomiuri Shimbun.

Sistem ini diharapkan sudah bisa digunakan pada 2012 sehingga memungkinkan pesawat dan kapal-kapal perangJepang menganalisa data yang masuk ke dalam sistem tersebut.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com