MANILA, KOMPAS.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mendapat kecaman setelah melontarkan komentar yang dianggap melecehkan perempuan.
Semua berawal ketika Duterte mengomentari Davao, tempatnya menjabat sebagai wali kota pada 1988 hingga Juni 2013, dalam pidato di Mandaue Kamis (30/8/2018).
Dilansir Rappler Jumat (31/8/2018), presiden berusia 73 tahun itu menyatakan Davao mempunyai angka kasus perkosaan yang tinggi.
Baca juga: Perempuan Filipina Unjuk Rasa Menentang Perilaku Misoginis Duterte
Berdasarkan data Kepolisian Nasional Filipina (PNP), hingga triwulan kedua di 2018, Davao telah menorehkan catatan 42 kasus perkosaan.
Sementara sejak 2010 hingga 2015, Davao mencatatkan 843 kasus, dan berada di peringkat kedua di bawah Quezon City yang menorehkan 1.122 laporan.
"Selama masih banyak wanita cantik, maka kasus perkosaan juga tetap banyak," kata presiden berjuluk The Punisher itu.
Duterte menyatakan sebuah perkosaan terjadi karena korban menolak upaya pertama yang dilakukan oleh pelaku.
"Siapa yang sepakat melakukannya pada percobaan pertama? Tentunya saat mereka berada di bioskop, si perempuan bakal mendorong pria itu," katanya.
Komentarnya itu langsung mengundang kecaman dari Partai Perempuan Gabriela. Mereka menyatakan Duterte menyalahkan perempuan atas perkosaan.
Selain itu, pernyataan presiden yang akrab disapa Digong itu secara tidak langsung bisa menjadi sebuah dukungan bagi para pelaku kejahatan seksual.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.