Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Referendum Timor Timur

Kompas.com - 30/08/2018, 20:25 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Ervan Hardoko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 19 tahun yang lalu, tepatnya pada 30 Agustus 1999, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menggelar referendum di Timor Timur.

Referendum tersebut kemudian menghasilkan sebuah sejarah yaitu keputusan rakyat Timor Timur untuk memisahkan diri dari Indonesia.

Sebelum membahas soal referendum Timor Timur, ada baiknya kita melihat sejenak ke belakang .

Pada 1974 pecah sebuah kekisruhan politik yang disebut Revolusi Bunga yang dimotori sebuah faksi di dalam angkatan bersenjata Portugal.

Baca juga: Mulai dari Timor Leste hingga Kosovo, Inilah 5 Negara Termuda di Dunia

Revolusi itu menyebabkan Portugal mempercepat penarikan mundur pasukan dari negara-negara jajahannya seperti Angola dan Mozambik di Afrika.

Apalagi di negara-negara jajahan di Afrika itu, Portugal sudah kerepotan menghadapi perlawanan sejak awal 1960-an.

Berbeda dengan negeri jajahan Portugal di Afrika, tidak ada perang kemerdekaan di Timor Timur. Namun, dengan cepat warga lokal mendirikan partai-partai politik.

Pada mulanya terbentuk tiga partai utama di Timor Timur yaitu, Partai Fretilin, Uni Demokrat Timur (UDT) dan Associacao Popular Democratica Timorense (APODETI)

Pada 28 November 1975, Fretelin memproklamasikan berdirinya Republik Demokrasi Timor Timur. Hal ini mendapat reaksi keras dari partai-partai lainnya.

Karena setiap partai mempunyai misi sendiri-sendiri, Fretilin menginginkan agar Timor Timur merdeka dan berdaulat secara penuh. Sedangkan UDT menginginkan merdeka secara bertahap.

APODETI berbanding terbalik dengan dua partai sebelumnya, mereka ingin agar Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia yang secara geografis dan budaya memiliki kemiripan.

Fretelin yang berhalauan komunis akhirnya memerangi UDT yang mengakibatkan banyak korban jatuh termasuk dari rakyat sipil.

Alhasil, perang saudara tak terelakkan. Dalam perkembangannya UDT dan APODETI meminta bantuan Indonesia untuk meredam situasi yang terjadi.

Setelah melalui berbagai pertimbangan panjang Indonesia akahirnya mengirimkan militernya ke Timor Timur pada 7 Desember 1975.

Baca juga: Wiranto Pastikan Pemberian Kompensasi bagi Milisi Pro Integrasi Timor Timur

Bukan malah meredam, masuknya militer Indonesia malah memperkeruh konflik. Fretelin semakin tak terkendali dan korban terus berjatuhan di kedua pihak.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com