Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencoba Hindari Polisi, Petani Ganja Malah Tewas Tergilas Buldoser

Kompas.com - 30/08/2018, 11:49 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber Daily Mail

PHILADEPHIA, KOMPAS.com - Seorang petani ganja di negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat tewas tergilas buldoser saat bersembunyi dari kejaran aparat pemerintah.

Gregory A Longenecker tewas mengenaskan ketika pemerintah menggunakan buldoseruntuk memusnahkan ladang ganja yang berada di atas tanah milik negara itu.

Polisi negara bagian yang melakukan tugasnya tidak mengetahui pria berusia 51 tahun itu merangkak ke bawah buldoseruntuk bersembunyi dari kejaran polisi.

Alat berat itu sempat mogok sebelum pengemudinya berhasil kembali menghidupkan mesin dan menjalankan buldoseritu dengan perlahan pada sudut 45 derajat.

Baca juga: Keluarga Meghan Markle, Mulai Pekerja Sosial hingga Petani Ganja

Tanpa diduga, saat itulah alat berat tersebut menggilas Gregory hingga tewas.

Jaksa wilayah John Adams mengatakan, operasi pencarian yang dilakukan polisi sudah sesuai prosedur dan digelar dengan cara yang paling aman.

Kepada stasiun televisi WGAL Adams menegaskan, tewasnya Gregory Longenecker merupakan sebuah kecelakaan murni.

"Sungguh disayangkan ada korban jiwa jatuh dan kami menyampaikan belasungkawa kepada keluarga mendiang," kata Adams.

"Namun, saya tetap mendukung operasi yang digelar kepolisian negara bagian Pennsylvania," tambah Adams.

Gregory dan seorang temannya, David B Light (54) diduga menanam sekitar 10 pohon ganja di tanah tersebut ketika seorang pegawai pemerintah yang mengemudikan buldosermelihat mobil mereka parkir di tempat itu pada 9 Juli lalu.

Penemuan mobil itu menimbulkan kecurigaan Pennsylvania Game Commission, sebuah lembaga negara bagian yang bertanggung jawab atas konservasi dan manajemen lingkungan hidup.

Salah satu, tanggung jawab lembaga ini adalah mengatur jadwal musim berburu bagi warga di negara bagian itu.

Pegawai Game Commission kemudian menghubungi kepolisian Bernville yang kemudian menemukan kedua pria itu muncul dari lebatnya sesemakan hutan.

Kepolisian kemudian menggunakan helikopter untuk mencari kedua pria itu dan dengan menggunakan pelantang suara mereka meminta Gregory dan kawannya menyerah.

Meski sempat terlihat polisi, kedua pria itu dengan cepat menghilang di tengah lebatnya hutan yang menyulitkan petugas melakukan pengejaran.

Akhirnya petugas Game Commission dan polisi negara bagian memutuskan untuk menggunakan buldoseragar bisa menembus lebatnya semak hutan.

"Dengan dipandu helikopter, buldoseritu melaju perlahan dan hati-hati menuju arah kedua tersangka," kata Adams.

Pada satu titik, buldoseritu sempat terhenti, lalu kembali bergerak sejauh sekitar 3 meter pada sudut 45 derajat.

Mesin berat itu kembali berhenti setelah seorang polisi menemukan tubuh Gregory yang sudah tak bernyawa di bawah roda belakang buldoseritu.

Polisi kemudian dihujani kritik terutama terkait cara mereka melakukan pencarian kedua tersangka.

Baca juga: Petani Ganja di Taman Nasional Gede-Pangrango adalah Kakak Beradik

Banyak kalangan menyebut polisi berlebihan dengan mengerahkan helikopter dan buldoserhanya demi mengejar pria yang menanam 10 batang pohon ganja.

Hasil otopsi yang dilakukan pakar patologi forensik Neil Hoffman menyebut, Gregory bersembunyi di bawah buldoseritu dan terjebak saat alat berat tersebut berbelok ke kiri.

Otopsi juga mengungkap, Gregory sedang berada di bawah pengaruh methadone, amfetamin, dan ganja yang memengaruhi keputusan, persepsi, dan kordinasi tubuhnya sehingga berujung pada kematiannya yang mengenaskan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Daily Mail
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com