Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

100 Hari Pakatan Harapan Memimpin Malaysia Baru

Kompas.com - 29/08/2018, 19:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SELAMA Pemilihan Umum ke-14 Malaysia, tim Ceritalah melakukan perjalanan keliling negeri untuk berbincang dengan para pekerja, mencari tahu apa yang warga biasa Malaysia ini lalui dan rasakan di bawah pemerintahan Barisan Nasional (BN) sebelumnya.

Ketika pemerintahan baru di bawah Koalisi Pakatan Harapan (PH) genap 100 hari pada 17 Agustus lalu, tim Ceritalah kembali ngobrol dengan beberapa orang yang dulu pernah ditemui, juga untuk mengetahui apa yang mereka rasakan sekarang.

“Sekarang?” tanya Mala di ujung telepon dengan nafasnya yang kelelahan dan frustasi, saat dihubungi tim Ceritalah untuk menanyakan soal “Malaysia Baru”. Mala yang berusia 48 tahun ini adalah salah satu penghuni Proyek Perumahan Rakyat (PPR) Kota Damansara.

Mendengar nada suaranya, jelas dirinya sedang memiliki urusan yang mendesak.

“Toko saya, mobil saya, semuanya hilang! Saya belum memperbaiki mobil saya, tidak ada uang! Saya juga belum membayar sewa dua bulan," katanya.

Baca juga: PM Malaysia Ingin Terapkan Pajak Soda untuk Dorong Gaya Hidup Sehat

Sejak pemerintah baru Malaysia di bawah Pakatan Harapan resmi dilantik lebih dari 100 hari yang lalu, tampaknya kondisi ekonomi warga Malaysia seperti Mala, belum berubah sama sekali.

Sebagai bagian dari janji kampanye, koalisi Perdana Menteri Tun Dr Mahathir Mohamad menjanjikan para pemilih akan mendapatkan 10 bentuk reformasi di 100 hari pertamanya.

Dari janji mengatasi korupsi sampai ke akarnya, menghapus 6 persen Pajak Barang dan Jasa (GST) hingga mensubsidi bahan bakar, koalisi oposisi ini juga bersumpah untuk memperbaiki lembaga-lembaga negara yang dinilai tidak sehat, dan akan mengatasi kesengsaraan ekonomi rakyat.

Namun sejauh ini, yang terealisasi baru dua hal, yakni pencabutan GST dan tetapnya harga bahan bakar.

Meski demikian, menurut survei nasional baru-baru ini yang dilakukan oleh lembaga survei Merdeka Center for Opinion Research, 67 persen warga Malaysia menyetujui pemerintah baru.

Meski terdapat delapan janji yang belum dipenuhi seperti pemberian layanan kesehatan MYR 500 (Rp 1,78 juta) untuk 40 persen warga Malaysia-- para individu kelas pekerja bawah--serta pemotongan sebagian utang para pemukim Felda, namun sebanyak 56 persen responden puas dengan kerja kabinet sesuai yang dijanjikan saat pemilu.

“Pemerintah masih baru, kita harus memberi waktu kepada Pakatan untuk melaksanakan tugasnya kepada rakyat,” terang Pak Long (bukan nama sebenarnya), seorang petani karet.

Memang, tak sedikit warga Malaysia yang telah merasakan manfaat luas dari prakarsa 100 hari pemerintahan baru.

“Dengan MYR 100 (Rp 356.000) yang diberi pemerintah dua kali sebulan, saya bisa membeli lebih banyak barang di Giant tanpa GST sekarang, seperti Maggi dan Milo. Sebelum itu, saya hanya bisa membeli 3 atau 4 barang utama,” kenang Mala.

Baca juga: Mahathir: Malaysia Bisa Belajar Banyak dari China

Banyak yang lainnya juga menuai keuntungan dari dihapuskannya GST, seperti saat Juli lalu terjadi peningkatan pembelian kendaraan bermotor sebesar 41 persen atau naik hampir 20.000 unit dari tahun lalu.

Meski begitu, Abang Man, seorang petani padi generasi ketiga dari Sekinchan, belum merasakan dampak positif dari GST 0 persen yang dirasakan banyak warga Malaysia--padahal pemerintah mengklaim penghapusan GST akan menurunkan harga, sedikitnya 299 produk makanan.

“Harga tetap sama, saya belum melihat perubahan apa pun sejauh ini,” tutur Abang Man. “Misalnya saja,” kata dia lebih lanjut, “harga pupuk masih MYR 120 (Rp 428.000) per kantong dan biji-bijian MYR 50 (Rp 178.000) per kantong, padahal saya membutuhkannya 10 kantong setiap musim,” katanya.

Mala juga memiliki kekhawatiran tentang Pajak Penjualan dan Jasa (SST) yang akan berlaku mulai September ini. "Itu akan sama saja seperti GST," katanya.

Suasana di dalam kereta di Malaysia. 
Ketika 100 hari pemerintahan baru Pakatan Harapan berakhir pada tanggal 17 Agustus, Pusat Merdeka Penelitian Opini menemukan bahwa 67% warga Malaysia puas dengan pemerintah baru.
Dari menangani korupsi yang mendalam sampai menghapuskan 6 persen Pajak Barang dan Jasa (GST), Pakatan Harapan telah berjanji untuk memperbaiki lembaga-lembaga negara yang sedang sakit - dari Parlemen (digambarkan) ke pengadilannya - dan mengatasi kesengsaraan ekonomi rakyat.Joe Kit Yong for Ceritalah Suasana di dalam kereta di Malaysia. Ketika 100 hari pemerintahan baru Pakatan Harapan berakhir pada tanggal 17 Agustus, Pusat Merdeka Penelitian Opini menemukan bahwa 67% warga Malaysia puas dengan pemerintah baru. Dari menangani korupsi yang mendalam sampai menghapuskan 6 persen Pajak Barang dan Jasa (GST), Pakatan Harapan telah berjanji untuk memperbaiki lembaga-lembaga negara yang sedang sakit - dari Parlemen (digambarkan) ke pengadilannya - dan mengatasi kesengsaraan ekonomi rakyat.
Pak Long juga bercerita belum melihat adanya perubahan pada biaya barang perdagangan, seperti harga karet yang masih sekitar MYR 1,80 (Rp 6.418) per kilogram – meski masih ada keuntungan. “Saya mendapat 30 kilogram lateks sehari, sekarang musim kemarau sudah lewat,” katanya.

Meski demikian, perkembangan politik ternyata telah membuat masyarakat Kedah lebih bergairah. “Sungguh baik pemerintah mengambil tindakan,” kata seorang warga, merujuk kepada mantan Perdana Menteri Najib Razak yang tengah menghadapi tujuh dakwaan termasuk korupsi dan pencucian uang terkait skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB).

Tampaknya bagi rakyat, melihat pemerintah Dr Mahathir untuk menepati janji-janjinya, seperti sebuah permainan menunggu untuk saat ini.

Bagaimana pun, 100 hari hanyalah sebuah penanda. Ini masih terlalu dini.

Setelah 61 tahun dengan pemerintah yang sama sejak kemerdekaan, orang-orang Malaysia perlu mempertahankan sebagian kesabaran mereka dan memberikan kesempatan kepada Malaysia Baru ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com