Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/08/2018, 09:34 WIB

TOKYO, KOMPAS.com - Pemerintah Jepang menilai Korea Utara masih menjadi ancaman serius dan dekat.

Pernyataan itu disampaikan pada hasil laporan tinjauan pertahanan tahunan Jepang sepanjang tahun lalu yang dirilis pada Selasa (28/8/2018).

Jepang tidak mengubah pendirian meski hubungan dua negara di semenanjung Korea telah mencair, dan adanya pertemuan bersejarah Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

Baca juga: Korea Utara Bebaskan Turis Jepang karena Alasan Kemanusiaan

"Tidak ada perubahan dalam pengakuan dasar kami mengenai ancaman senjata nuklir Korea Utara dan rudal," tulis laporan tersebut, seperti diwartakan AFP.

Pemerintah menilai masih ada ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya dan serius terhadap keamanan Jepang.

Hal itu disebut dapat merusak perdamaian dan keamanan kawasan, serta komunitas internasional.

Dalam laporan tersebut, Menteri Pertahanan Jepang Hisunori Onodera mengakui Korea Utara telah memulai pembicaraan dengan pemerintah.

"Tetapi kami tidak dapat mengabaikan fakta bahkan sampai hari ini bahwa Korea Utara memiliki ratusan rudal yang hampir seluruh wilayah Jepang berada dalam jangkauannya," ucapnya.

Jepang terus meningkatkan pertahanan untuk melindungi negara tersebut dari ancaman senjata mematikan Korea Utara, termasuk rencana mengoperasikan sistem radar AS senilai 4,2 miliar dollar AS atau Rp 61,3 triliun.

Meski sudah ada kesepakatan di Singapura, denuklirisasi Korea Utara berjalan lambat dan hubungan AS dengan negara pimpinan Kim Jong Un nampak memburuk.

Baca juga: Sempat Ditahan Korea Utara, Turis Jepang Kini Berada di China

Trump memilih untuk membatalkan kunjungan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke Korea Utara yang dijadwalkan pada pekan ini.

Sementara pada awal Agustus 2018, Korea Utara diketahui menahan seorang turis Jepang yang dianggap melanggar aturan saat berwisata ke negara itu.

Namun, Tomoyuki Sugimoto telah dibebaskan pada Minggu lalu atas dasar alasan kemanusiaan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com