Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah WNI yang Bayar 1,7 Miliar Bolivar untuk Makan Siang di Venezuela

Kompas.com - 23/08/2018, 19:58 WIB
Ervan Hardoko

Editor

CARACAS, KOMPAS.com - Seorang warga negara Indonesia di Venezuela bercerita saat dirinya harus membayar 1,7 miliar bolivar atau sekitar Rp 7 juta untuk santap siang di sebuah restoran.

Tri Astuti, pelaksana fungsi ekonomi kedutaan Indonesia di Caracas mengatakan, acara makan bersama sekitar 20 orang.

Hanya dengan menyantap "menu makan siang biasa" pembayaran terpaksa dilakukan lewat transfer bank karena uang yang dibawaya tidak cukup.

Baca juga: Venezuela: Ayam Utuh 14,5 Miliar Bolivar hingga Gajian Pakai Telur

"Saat kami bayar harganya 1,7 miliar (bolivar) dan di akun kami hanya ada satu miliar, jadi sama restorannya di kasih nomor rekening untuk ditransfer. Jadi asas kepercayaan saja, karena internet banking sibuk, banyak orang yang transfer," kenang Tri Astuti terkait peristiwa pada 14 Agustus lalu.

Dia bercerita dalam acara makan siang itu mereka menyantap kentang, kerang, ikan, dan ayam itu.

Pada awal tahun ini, dengan jumlah orang dan menu makanan yang sama mereka hanya membayar 500 juta bolivar.

Pada Senin (20/8/2018), Pemerintah Venezuela menerbitkan uang kertas sebagai upaya mengatasi hiperinflasi.

Akibat penerbitan uang baru itu, ribuan toko tutup keesokan harinya untuk melakukan penyesuaian mata uang.

Dengan mata uang baru ini, harga secangkir kopi misalnya yang sebelumnya harganya 2,5 juta bolivar di ibu kota Caracas bulan lalu, kini harganya 25 sen bolivar.

Namun, sejumlah warga di Caracas mengatakan kepada BBC, penarikan uang hanya dibatasi 10 bolivar untuk setiap orang.

Untuk menghindari membawa uang berkantung-kantung, semakin banyak warga Venezuela yang mentransfer uang untuk transaksi kecil sekalipun di tengah harga yang melejit.

Seperti yang disaksikan wartawan BBC untuk Amerika Serikat d Caracas, para penjaga restoran memberikan rincian bank dan mempercayakan kepada pelanggan untuk mentransfer uang.

Tri Astuti dari KBRI Venezuela mengatakan, hiperinflasi sangat terasa menjelang pertengahan 2018.

Di pasar tradisional sekalipun, transaksi dilakukan melalui transfer bank karena harga sayuran mencapai 30 juta bolivar dan ikan sekitar 40 juta bolivar.

Setelah pergantian mata uang baru, makan siang di gerai cepat saji yang biasanya sekitar 65 juta bolivar, pada Rabu (23/8) menjadi 625 bolivar.

Ambruknya perekonomian Venezuela ditandai dengan hiperinfilasi, padamnya listrik, kekurangan pasokan makanan dan obat-obatan.

Baca juga: Coba Atasi Inflasi, Venezuela Terbitkan Pecahan Uang Baru

Situasi ini menyebabkan jutaan warga Venezuela meninggalkan negara kaya minyak itu.

Menurut data PBB, sebanyak 2,3 juta warga Venezuela meninggalkan negara itu sejak 2014 saat krisis ekonomi mulai terasa.

Banyak yang menyalahkan Presiden Nicolás Maduro dan pemerintahnya atas situasi suram negara itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com