Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diminta Jauhi Senjata Rusia, Begini Balasan Duterte ke AS

Kompas.com - 21/08/2018, 18:30 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

DAVAO, KOMPAS.com - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menyerang Amerika Serikat (AS) ketika berpidato di Davao pekan lalu.

Serangan itu dilancarkan setelah AS meminta kepada Filipina untuk tidak membeli kapal selam buatan Rusia.

Diwartakan Russian Today Senin (29/8/2018), Duterte mengaku tersinggung dengan Asisten Menteri Pertahanan AS Urusan Asia dan Pasifik, Randall Schriver.

Baca juga: Duterte Mundur jika Putra Diktator Ferdinand Marcos Menggantikannya

Pekan lalu, Schriver meminta agar Manila mempertimbangkan pembelian kapal selam maupun senjata Rusia yang dikhawatirkan bisa mengacaukan hubungan dua negara.

"Mengapa? Apa kalian (AS) mencegah negara lain? Mengapa kalian memperingatkan kami? Memangnya siapa kalian?" kecam Duterte.

Mantan Wali Kota Davao itu lalu menuduh Washington sengaja membuat Filipina mundur dalam sektor peningkatan kemampuan pertahanan.

Dia menyebut Vietnam punya tujuh kapal selam, Malaysia memiliki dua, sementara Indonesia sekitar delapan. "Mengapa hanya kami yang tak diperbolehkan di kawasan ini?" keluhnya.

Duterte kemudian menantang Schriver untuk mengatakan kembali pernyataannya di sebuah forum yang membuat mereka bertemu empat mata.

"Ayo bertemu. Silakan katakan penjelasan Anda mengapa kami dilarang beli kapal selam? Beri alasannya sebelum dirilis ke publik," tantangnya.

"Seperti inikah Anda memperlakukan sekutu Anda? Kalian ingin kami terus bersama kalian sepanjang waktu?" lanjut presiden berjuluk The Punisher itu.

Presiden berusia 73 tahun itu juga mengkritisi AS terkait penjualan helikopter bekas yang beberapa di antaranya, sudah rusak.

"Rusia dan China mendonasikan perlengkapan serupa kepada kami. Mereka bahkan tidak meminta kami untuk menyerahkan klip kertas," ujarnya.

Namun, Duterte menurunkan tensi nadanya, dengan berkata bahwa dia membeli kapal selam Rusia tidak untuk menyerang Negeri "Paman Sam".

Baca juga: Dalam Siaran Langsung TV, Duterte Ancam Bakal Hukum Mati Polisi Korup

Moskwa dan Manila menandatangani perjanjian kerja sama militer pada 2017, di mana Rusia menyuplai 5.000 pucuk senapan serbu Kalashnikov.

Awal Agustus ini, Menteri Luar Negeri Alan Peter Cayetano, menyatakan tekanan AS tidak akan menggoyahkan Filipina membeli senjata Kremlin.

"Tekanan itu merupakan bentuk tes agar kami menyelesaikan kebijakan luar negeri secara mandiri," beber Cayetano.

Selain kapal selam, pemerintahan Duterte dilaporkan juga berniat membeli kapal patroli, helikopter, hingga kendaraan lapis baja.

Baca juga: 75 Kendaraan Mewah Selundupan Dihancurkan, Duterte Terlihat Girang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com