Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Enzo Ferrari, Pendiri Mobil Mewah Ferrari

Kompas.com - 15/08/2018, 23:15 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Nama Ferrari dikenal tidak saja merupakan produsen mobil sport mewah. Namun juga keberadaan merek asal Italia itu di olahraga Formula 1 (F1).

Ferrari muncul setelah didirikan oleh seorang pembalap dari Modena, Enzo Ferrari yang juga dikenal sebagai desainer.

Dari berbagai sumber, berikut merupakan biografi pengusaha yang dijuluki Il Commendatore atau Sang Komandan tersebut.

Baca juga: Buku Baru Sejarah Ferrari Dijual dengan Harga Rp 433 Juta

1. Masa Kecil
Enzo Anselmo Ferrari lahir pada 18 Februari 1898 di Modena, dan merupakan putra bungsu pasangan Alfredo dan Adalgisa Ferrari.

Meski lahir pada 18 Februari, namun akta kelahirannya tercatat 20 Februari. Keterlambatan itu terjadi karena badai salju yang membuat ayahnya tak bisa melaporkan kelahiran.

Alfredo Senior merupakan anak seorang pedagang kebutuhan pokok di Carpi yang mencoba peruntungan menjadi pandai besi.

Ketertarikan Enzo kecil akan dunia balap terjadi ketika dia diajak ayahnya menonton balapan di Bologna pada usia 10 tahun.

Saat itu, dia melihat pembalap asal Turin, Felice Nazzaro, memenangkan Circuito di Bologna 1908, yang membuatnya ingin menjadi orang di belakang kemudi.

Ferrari sebenarnya juga bercita-cita menjadi penyanyi opera. Namun harapannya pupus ketika di 1916, ayah dan kakaknya, Alfredo Junior, meninggal karena flu.

Kematian mereka membuat Ferrari terpaksa meninggalkan sekolah demi menyambung hidupnya dan sang ibu dengan menjadi instruktur di bengkel pemadam kebakaran Modena.

Tatkala Perang Dunia I pecah, dia bergabung dengan militer, dan ditempatkan di Divisi Artileri Alpine Ketiga di 1917.

Ferrari sempat terkena wabah Flu Spanyol, atau Flu 1918 yang membuatnya mendapat pemberhentian dengan hormat.

Baca juga: Ferrari Dapat Teguran FIA karena Spion Baru

2. Karir di Dunia Balap
Setelah kembali dari perang, Ferrari harus menyaksikan kenyataan bisnis yang dikelola keluarganya bangkrut.

Petualangannya di dunia industri mobil dimulai ketika dia gagal saat melamar menjadi relawan FIAT di Turin.

Dia kemudian menjadi test driver sebuah pabrikan mobil di Milan bernama Costruzioni Meccaniche Nazionali (CMN) yang memodifikasi truk menjadi mobil kecil.

Kepiawaian Ferrari membuatnya dipromosikan menjadi pembalap, dan menciptakan debut pada balapan mendaki Parma-Poggio di Berceto 1919.

Dalam balapan itu, Ferrari finis di posisi keempat kategori tiga liter pada mesin 4 silinder 2,3 liter CMN.

Baca juga: Ferrari Klasik Ini Hanya Rp 700 juta-an di IIMS 2018

23 November 1919, dia ambil bagian pada balapan ketahanan Targa Florio. Tapi, dia terpaksa pensiun setelah mobilnya mengalami kebocoran.

Setahun kemudian, dia bergabung dengan pabrikan raksasa Alfa Romeo. Di 1924, Ferrari memenangkan Coppa Acerbo di Pescara.

Kemenangan tersebut membuat Alfa Romeo yakin untuk menawarkan Ferrari kesempatan mengikuti lomba yang lebih bergengsi.

Namun, ambisinya terhenti ketika dia menerima kabar kematian jagoan Alfa Romeo saat itu, Antonio Ascari, saat mengikuti Grand Prix Perancis 1925.

Setelah mengikuti berbagai lomba dengan setengah hati, akhirnya Ferrari mengumumkan pensiun pasca-putranya, Alfredo (Dino), lahir di 1932.

Dia memutuskan untuk fokus pada manajemen dan pengembangan departemen balap Alfa Romeo dengan mengambangkan tim berisi bintang.

Sempat dibentuk pada 1929, tim itu dikenal sebagai Scuderia Ferrari berisikan bakat hebat seperti Giuseppe Campari dan Tazio Nuvolari.

Tim Scuderia Ferrari langsung menuai kesuksesan berkat performa mobil yang dahsyat seperti Alfa Romeo P3 maupun pembalap bertalenta seperti Nuvolari.

Saat itu, terdapat lambang Kuda Jingkrak yang ada di mobil Scuderia Ferrari. Lambang tersebut diberikan oleh orangtua Francesco Baracca.

Baracca merupakan pilot pesawat tempur Italia di masa Perang Dunia I. Dia terbunuh setelah pesawatnya ditembak Austria pada 1918.

Simbol itu diberikan orangtua Baracca kepada Ferrari setelah dia memenangkan Circuito del Savio di 1923. Kini, simbol tersebut melambangkan kekuatan dan prestise Ferrari.

Baca juga: Jadwal F1 GP Bahrain 2018, Duel Ferrari Vs Mercedes Berlanjut

3. Membangun Mobil Ferrari
Alfa Romeo tetap menjadi penyokong tim Ferrari hingga 1933 ketika kesulitan finansial memaksa mereka untuk menarik dukungan.

Meski Scuderia masih dihuni pembalap berkualitas, mereka kesulitan bersaing dengan dua pabrikan asal Jerman, Auto Union dan Mercedes.

Empat tahun kemudian, tim Scuderia dibubarkan, dan Ferrari kembali ke Alfa dengan menangani tim balap yang baru Alfa Corse.

Alfa Romeo yang berkeinginan mempunyai wewenang penuh mengangkat Ferrari sebagai Direktur Olahraga. Namun, perselisihannya dengan Ugo Gobbato memaksanya keluar di 1939.

Baca juga: Cerita Lulung tentang Anak Buahnya yang Disebut Pemilik Ferrari B 1 RED

Setelah meninggalkan Alfa, dia mencoba membuka pabriknya sendiri dengan mendirikan Auto Avio Cistruzioni sebagai penyedia suku cadang ke tim balap lain di Modena.

Meski klausul kontrak melarangnya membuat mobil selama empat tahun, dia mampu memproduksi dua mobil untuk balapan ketahanan Mille Miglia di 1940.

Perang Dunia II yang berkecamuk memaksa Ferrari beralih menjadi penyuplai mesin perang bagi rezim Benito Mussolini.

Pasca-serangan yang dilakukan Sekutu di pabriknya, Ferrari memindahkan lokasi perusahaannya dari Modena ke Maranello.

Di ambang berakhirnya kontrak dengan tim lain, Ferrari memutuskan memproduksi mobil atas namanya. Merek Ferrari SpA pada 1947.

Maret 1947, mobil pertamanya, 125 S, menjalani uji coba, dan memulai debut di Turin setahun kemudian, atau 1948, dan meraih kemenangan perdana di Lago di Garda.

Kemenangan turnamen mayor pertama Ferrari terjadi pada balapan ketahanan mobil 24 jam Le Mans Perancis 1949.

Mereka menang dengan mobil Ferrari 166M yang dikemudikan Luigi Chinetti dan Baron Selsdon Skotlandia Peter Mitchell-Thomson.

Di 1950, Ferrari masuk ke dalam pertarungan Kejuaraan Dunia Formula 1 yang baru dibentuk. Mereka menang di Sirkuit Silverstone, Inggris, pada 1951.

Kisah tersebut melegenda karena saat itu, Ferrari mampu mengalahkan mobil terkuat Alfa Romeo, Alfetta 159 yang membuat Ferrari menangis seperti bayi.

Baca juga: Penghormatan Ferrari Buat Michael Schumacher

Melalui pembalap Alberto Ascari, Ferrari menjadi juara dunia pada musim 1952 dan 1953 yang di saat bersamaan, Ferrari menjajal balapan Amerika Serikat (AS), Indianapolis 500.

Untuk menunjang balapan di F1 kemudian Mille Miglia dan Le Mans, Ferrari memutuskan untuk menjual mobil sport.

Keputusan Ferrari bertahan di Mille Miglia mendatangkan banyak kemenangan sehingga pengakuan publik terus meningkat.

Namun, mereka sempat dilanda bencana ketika perhelatan Mille Miglia 1957 yang berlangsung di dekat kota Guidizzolo.

Saat itu, ban Ferrari 335S 4 liter yang dikemudikan Alfonso de Portago meletus, dan menghantam penonton di tepi jalan pada kecepatan 250 km per jam.

Tabrakan itu tidak saja menewaskan Portago. Namun juga membunuh co-driver serta sembilan penonton yang lima di antaranya anak-anak.

Insiden itu sempat menjerat Ferrari dan produsen ban asal Belgia, Englebert, dengan tuduhan pembunuhan tak sengaja. Kasus tersebut dibatalkan di 1961.

Baca juga: Red Bull Tak Khawatir Verstappen Jadi Incaran Ferrari

4. Kemunduran dan The Great Walkout
Meski menuai kesuksesan, Ferrari juga dikecam karena mempunyai perilaku memimpin buruk dan merupakan pribadi kontroversial.

Kemunduran Ferrari dimulai dengan kematian putranya, Dino, akibat muscular dystrophy, yang membuatnya menjadi sosok penyendiri.

Kemudian enam pembalapnya tewas antara 1955-1965, belum lagi insiden Mille Miglia 1957 yang membuatnya harus berurusan dengan hukum.

Baca juga: Satu Jam Setelah Dibeli, Ferrari Rp 3,4 Miliar Hancur dalam Kecelakaan

Puncaknya adalah di 1962 melalui aksi pengunduran diri massal (The Great Walkout) menyusul keberhasil Phil Hill jadi juara di musim F1 1961.

Ketua Tim Teknisi Carlo Chiti, maupun Manajer Penjualan Girolamo Gardini memutuskan pindah ke Automobili Turismo e Sport (ATS).

Pabrikan yang berbasis di Bologna tersebut berusaha membajak Hill dan Giancarlo Baghetti dari Ferrari.

Pengunduran diri itu terjadi ketika mereka tengah mengembangkan model terbaru 250. Meski terguncang, Ferrari berhasil bangkit.

Teknologi mid-engine yang dikembangkan Mauro Forghieri di Ferrari 250 P, mereka membawa John Surtees menang F1 1964.

Pada 1998 atau 36 tahun pasca-pengunduran diri itu, Manajer Romolo Tavoni mengungkapkan mereka keluar karena tak setuju dengan sikap Ferrari membiarkan istrinya campur tangan.

"Kesalahan kami adalah menyewa pengacara yang kemudian membuat sebuah surat. Seharusnya kami mengedepankan diskusi," ungkapnya.

Baca juga: Ferrari Tawari Vettel Kontrak Senilai Rp 1,8 Triliun?

5. Merger dengan FIAT
Di akhir 1960, Ferrari mulai didera masalah finansial karena berlomba di banyak ketegori, ditambah aturan keselamatan dan emisi kendaraan.

Karena itu, dia mulai berpikir untuk mencari rekan bisnis. Awalnya pembicaraan dilakukan dengan Ford Motor Company.

Di momen-momen terakhir, dia memutuskan menarik diri karena takut jika tak mempunyai pengaruh setelah merger dilakukan.

Baca juga: Felipe Massa Salah Prediksi soal Performa Ferrari

Pada akhirnya di 1965, dia sepakat untuk melepas sebagian sahamnya ke FIAT. Di 1969, FIAT memutuskan menaikkan kepemilikan menjadi 50 persen.

Setelah sepakat bergabung dengan FIAT, Ferrari memutuskan mengundurkan diri sebagai Managing Director Divisi Mobil Komersial di 1971.

1974, dia mengangkat Luca Cordero di Montezemolo sebagai Direktur Olahraga sekaligus menjabat Manajer Tim F1.

6. Masa Terakhir dan Kematian
Enzo Ferrari mengumumkan pengunduran dirinya sebagai presiden perusahaan pada 1977 meski di masih memberikan saran.

Setelah mendapat gelar kehormatan dari Universitas Modena, Ferrari meninggal pada 14 Agustus 1988 dalam usia 90 tahun di Maranello.

Kabar kematiannya baru diketahui dua hari kemudian atas permintaannya sebagai peringatan ketika ayahnya juga terlambat dua hari mendaftarkan akta lahirnya.

Sebelum dia meninggal, Ferrari sempat menyaksikan peluncuran mobil Ferrari F40 yang didedikasikan sebagai simbol kesuksesannya.

Selama dia hidup, mereknya telah memenangkan lebih dari 4.000 balapan dan menggamit 13 gelar juara dunia.

Baca juga: Kerangka Pendiri Ferrari Jadi Sasaran Pencurian

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com