Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Enzo Ferrari, Pendiri Mobil Mewah Ferrari

Kompas.com - 15/08/2018, 23:15 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

3. Membangun Mobil Ferrari
Alfa Romeo tetap menjadi penyokong tim Ferrari hingga 1933 ketika kesulitan finansial memaksa mereka untuk menarik dukungan.

Meski Scuderia masih dihuni pembalap berkualitas, mereka kesulitan bersaing dengan dua pabrikan asal Jerman, Auto Union dan Mercedes.

Empat tahun kemudian, tim Scuderia dibubarkan, dan Ferrari kembali ke Alfa dengan menangani tim balap yang baru Alfa Corse.

Alfa Romeo yang berkeinginan mempunyai wewenang penuh mengangkat Ferrari sebagai Direktur Olahraga. Namun, perselisihannya dengan Ugo Gobbato memaksanya keluar di 1939.

Baca juga: Cerita Lulung tentang Anak Buahnya yang Disebut Pemilik Ferrari B 1 RED

Setelah meninggalkan Alfa, dia mencoba membuka pabriknya sendiri dengan mendirikan Auto Avio Cistruzioni sebagai penyedia suku cadang ke tim balap lain di Modena.

Meski klausul kontrak melarangnya membuat mobil selama empat tahun, dia mampu memproduksi dua mobil untuk balapan ketahanan Mille Miglia di 1940.

Perang Dunia II yang berkecamuk memaksa Ferrari beralih menjadi penyuplai mesin perang bagi rezim Benito Mussolini.

Pasca-serangan yang dilakukan Sekutu di pabriknya, Ferrari memindahkan lokasi perusahaannya dari Modena ke Maranello.

Di ambang berakhirnya kontrak dengan tim lain, Ferrari memutuskan memproduksi mobil atas namanya. Merek Ferrari SpA pada 1947.

Maret 1947, mobil pertamanya, 125 S, menjalani uji coba, dan memulai debut di Turin setahun kemudian, atau 1948, dan meraih kemenangan perdana di Lago di Garda.

Kemenangan turnamen mayor pertama Ferrari terjadi pada balapan ketahanan mobil 24 jam Le Mans Perancis 1949.

Mereka menang dengan mobil Ferrari 166M yang dikemudikan Luigi Chinetti dan Baron Selsdon Skotlandia Peter Mitchell-Thomson.

Di 1950, Ferrari masuk ke dalam pertarungan Kejuaraan Dunia Formula 1 yang baru dibentuk. Mereka menang di Sirkuit Silverstone, Inggris, pada 1951.

Kisah tersebut melegenda karena saat itu, Ferrari mampu mengalahkan mobil terkuat Alfa Romeo, Alfetta 159 yang membuat Ferrari menangis seperti bayi.

Baca juga: Penghormatan Ferrari Buat Michael Schumacher

Melalui pembalap Alberto Ascari, Ferrari menjadi juara dunia pada musim 1952 dan 1953 yang di saat bersamaan, Ferrari menjajal balapan Amerika Serikat (AS), Indianapolis 500.

Untuk menunjang balapan di F1 kemudian Mille Miglia dan Le Mans, Ferrari memutuskan untuk menjual mobil sport.

Keputusan Ferrari bertahan di Mille Miglia mendatangkan banyak kemenangan sehingga pengakuan publik terus meningkat.

Namun, mereka sempat dilanda bencana ketika perhelatan Mille Miglia 1957 yang berlangsung di dekat kota Guidizzolo.

Saat itu, ban Ferrari 335S 4 liter yang dikemudikan Alfonso de Portago meletus, dan menghantam penonton di tepi jalan pada kecepatan 250 km per jam.

Tabrakan itu tidak saja menewaskan Portago. Namun juga membunuh co-driver serta sembilan penonton yang lima di antaranya anak-anak.

Insiden itu sempat menjerat Ferrari dan produsen ban asal Belgia, Englebert, dengan tuduhan pembunuhan tak sengaja. Kasus tersebut dibatalkan di 1961.

Baca juga: Red Bull Tak Khawatir Verstappen Jadi Incaran Ferrari

4. Kemunduran dan The Great Walkout
Meski menuai kesuksesan, Ferrari juga dikecam karena mempunyai perilaku memimpin buruk dan merupakan pribadi kontroversial.

Kemunduran Ferrari dimulai dengan kematian putranya, Dino, akibat muscular dystrophy, yang membuatnya menjadi sosok penyendiri.

Kemudian enam pembalapnya tewas antara 1955-1965, belum lagi insiden Mille Miglia 1957 yang membuatnya harus berurusan dengan hukum.

Baca juga: Satu Jam Setelah Dibeli, Ferrari Rp 3,4 Miliar Hancur dalam Kecelakaan

Puncaknya adalah di 1962 melalui aksi pengunduran diri massal (The Great Walkout) menyusul keberhasil Phil Hill jadi juara di musim F1 1961.

Ketua Tim Teknisi Carlo Chiti, maupun Manajer Penjualan Girolamo Gardini memutuskan pindah ke Automobili Turismo e Sport (ATS).

Pabrikan yang berbasis di Bologna tersebut berusaha membajak Hill dan Giancarlo Baghetti dari Ferrari.

Pengunduran diri itu terjadi ketika mereka tengah mengembangkan model terbaru 250. Meski terguncang, Ferrari berhasil bangkit.

Teknologi mid-engine yang dikembangkan Mauro Forghieri di Ferrari 250 P, mereka membawa John Surtees menang F1 1964.

Pada 1998 atau 36 tahun pasca-pengunduran diri itu, Manajer Romolo Tavoni mengungkapkan mereka keluar karena tak setuju dengan sikap Ferrari membiarkan istrinya campur tangan.

"Kesalahan kami adalah menyewa pengacara yang kemudian membuat sebuah surat. Seharusnya kami mengedepankan diskusi," ungkapnya.

Baca juga: Ferrari Tawari Vettel Kontrak Senilai Rp 1,8 Triliun?

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com