Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temuan Domba Terpapar Radiasi Perkuat Dugaan Israel Uji Coba Nuklir

Kompas.com - 15/08/2018, 13:48 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

CANBERRA, KOMPAS.com — Penelitian yang dilakukan ilmuwan Australia maupun Swedia pada 1979 mengungkap dugaan Israel melakukan uji coba nuklir secara rahasia.

Awalnya, satelit Amerika Serikat (AS), Vela 6911, mendeteksi "dua sinar ganda" di Kepulauan Marion dan Prince Edwards di 22 September 1979.

Keduanya terletak di kawasan selatan Samudra Hindia. Sejak itu, beredar spekulasi bahwa Israel tengah melaksanakan tes nuklir.

Baca juga: Seperti Apa Dampak Bom Nuklir jika Dijatuhkan di Jakarta?

Mantan Presiden AS Jimmy Carter dalam memoarnya mengatakan sempat diberi tahu dugaan tersebut dalam pertemuan dengan para petinggi militernya.

Dilansir Russian Today Rabu (15/8/2018), setelah hampir 39 tahun, temuan tersebut dipublikasikan sesuai Undang-undang Kebebasan Informasi.

Penelitian yang dipublikasikan jurnal Science & Global Security itu dilakukan Christopher Wright dari Australia dan ahli nuklir Swedia, Lars-Erik De Geer.

Mereka meneliti kelenjar tiroid dari domba Australia yang mati sebulan setelah peristiwa yang disebut "Insiden Vela" tersebut.

Hasilnya, dari temuan tersebut didapatkan sampel kelenjar tiroid domba yang dikirimkan kepada mereka mengandung radiasi iodine-131.

Wright dan De Geer memprediksi, hujan badai yang mengguyur kawasan tersebut pada 1979 silam membuat isotop itu jatuh ke tanah.

"Kemungkinan domba-domba itu memakan rumput yang mengandung bahan radioaktif sebagai akibat uji coba nuklir di Samudra Hindia," demikian bunyi laporan tersebut.

Asumsi bahwa tes nuklir dilakukan padsa 1979 juga diperkuat analisis "sinyal hidroakustik" yang terekam peralatan bawah laut AS.

Leonard Weiss, pakar senjata nuklir Universitas Stanford, menulis tidak diragukan lagi kilatan cahaya itu merupakan uji coba nuklir yang dilakukan Israel.

"Saya menunjuk Israel karena hanya negara itu yang mempunyai kemampuan teknis dan motivasi politis untuk menggelar tes rahasia semacam itu," tuturnya.

Para peneliti menuturkan, tes tersebut membuat Israel melanggar Perjanjian Pembatasan Tes Nuklir 1963, dan mendesak diadakan penyelidikan skala internasional.

Penelitian itu membuat Duta Besar Israel untuk Selandia Baru, Itzhak Gerberg, angkat bicara melalui New Zealand Herald.

"Laporan itu jelas sangat menggelikan karena asumsi tersebut didasarkan tanpa fakta," tutur Gerberg.

Baca juga: Pernah Dilanda Bencana Tsunami dan Nuklir, Pantai Ini Kembali Dibuka

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com