Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kapten Hirath Al Sudani, Mata-mata Irak di Dalam Organisasi ISIS

Kompas.com - 13/08/2018, 20:44 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber Gulf News

Misi terakhir

Pada awal Januari 2017, ISIS kembali memerintahkan Al Sudani melakukan sebuah misi yang akan menjadi misi terakhirnya.

Dia dikirim ke sebuah lokasi baru, sebuah pertanian di luar kota Tarmiyah. Lokasi itu amat terpencil dan tak memiliki rute melarikan diri yang mudah.

Pada 17 Januari pagi, Al Sudani memasuki pertanian itu. Dan senja hari, barulah Falcons memberitahu Jenderal Falih bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi terhadap Al Sudani.

Baca juga: Komandan ISIS Pembakar Pilot Jordania Ditangkap di Irak

Tarmiyah saat itu masih dikuasai ISIS sehingga butuh waktu tiga hari pasukan Irak menyusun rencana dan melakukan operasi penyelamatan.

Pasukan gabungan angkatan darat dan polisi dikerahkan menyerbu pertanian itu. Dalam baku tembak satu personel pasukan Irak tewas.

Saat bangunan itu dikuasai, mereka tak menemukan tanda-tanda keberadaan Al Sudani. Dan, selama enam bulan selanjutnya Falcons terus mencari Al Sudani.

Setelah menemukan alat penyadap di truk yang dibawa Al Sudani, para informan menyebut ISIS telah membawa Al Sudani ke Qaim.

Kota itu masih berada di bawah kekuasaan ISIS dan di luar jangkauan pasukan pemerintah Irak.

Pada Agustus 2017, ISIS merilis video  yang memperlihatkan mereka mengeksekusi sejumlah tahanan. Falcons yakin Al Sudani ada di antara mereka.

"Saya tak perlu melihat wajahnya untuk mengenali saudara saya," ujar Munaf.

Meski akhirnya tewas, Al Sudani menjadi agen mata-mata yang ternama di Irak. Komando pasukan gabungan kemudian menerbitkan pernyataan tentang pengorbanan dan keberanian Kapten Al Sudani.

Namun, karena jenazah Al Sudani tak pernah ditemukan, keluarga sang kapten belum menerima sertifikat kematian.

Baca juga: Sniper SAS Tembak Komandan ISIS di Malam Hari dari Jarak 1,5 Km

Padahal sertifikat itu penting untuk mendapatkan tunjangan bagi keluarga aparat keamanan yang gugur dalam melaksanakan tugas.

"Saya masih memiliki luka di hati. Dia hidup dan mati untuk negara. Negara ini harus mengenangnya seperti cara saya mengenangnya," kata Abid Al Sudani, ayah sang mata-mata.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber Gulf News
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com