Para tentara meletakkan kawat berduri sepanjang 100 mil di perbatasan Berlin Timur. Kawat itu segera diganti dengan dinding beton setinggi enam meter, sepanjang 96 mil, lengkap dengan menara jaga, pos senapan mesin, dan lampu sorot.
Perwira Jerman Timur yang dikenal sebagai Volkspolizei ("Volpos") berpatroli di Tembok Berlin siang dan malam.
Akibatnya, hubungan warga Berlin terputus satu sama lain. Warga Berlin Barat kemudian melakukan aksi demonstrasi yang dipimpin oleh Wali Kota Will Brand. Namun, aksi ini kurang mendapatkan respons dari otoritas tertinggi Jerman Barat.
Harian Kompas, 8 September 1971, memberitakan, pembangunan Tembok Berlin menimbulkan kesengsaraan bagi warga di dua kota itu.
Selain itu, terjadi insiden dan jatuh korban saat ada warga yang melarikan diri dari Jerman Timur ke Jerman Barat.
Penjaga Jerman Timur memberikan tembakan bagi setiap warganya yang melarikan diri ke Jerman Barat.
Selama Tembok Berlin berdiri, ada sekitar 5.000 orang yang berhasil melarikan diri. Jumlah orang yang tewas diperkirakan 200-an orang.
Pada 9 November 1989, massa Jerman Timur dan Barat berkumpul di Tembok Berlin. Mereka memanjat dan membongkarnya.
Dengan dibongkarnya Tembok Berlin, Jerman Timur dan Barat menjadi satu bangsa lagi, menandatangani perjanjian resmi unifikasi pada 3 Oktober 1990.