LOS ANGELES, KOMPAS.com - Pendeta Kevin Swanson, yang dikenal kerap mengecam komunitas LGBT, kali ini kembali membuat pernyataan kontroversial.
Pendeta yang sehari-hari bertugas di sebuah gereja di Colorado ini mengaitkan kebakaran hutan di California karena negara bagian itu mendukung pernikahan sesama jenis kelamin dan kesetaraan hak kelompok LGBT.
Pekan lalu, dalam program radionya "Generations with Kevin Swanson", sang pendeta mengatakan, kebakaran yang sudah menewaskan 11 orang hingga Rabu (8/8/2018) itu adalah hukuman dari Tuhan.
Swanson menegaskan, hukuman dijatuhkan Tuhan karena California yang juga berjuluk Golden State itu melegitimasi "dosa homoseksualitas" di Amerika Serikat.
Baca juga: Ketika 2.000 Tahanan Bantu Padamkan Kebakaran Hutan di California
"Parade gay pertama digelar di San Francisco pada 1970, dan kota itu juga melegitimasi homoseksualitas pada 1972," ujar Swanson dalam siaran pada 3 Agustus lalu.
"Pada 2005, parlemen California menjadi yang pertama di negara ini yang mengesahkan undang-undang pernikahan sesama jenis kelamin," tambah dia.
Sementara itu, 14.000 personel pemada kebakaran California, Australia, dan Selandia Baru masih berjuang keras memadamkan api yang melalap kawasan seluas 120.000 hektar itu.
Kebakaran hutan yang sudah dimulai sejak dua pekan lalu itu menjadi yang terbesar di California selama satu abad terakhir.
"Masih banyak pekerjaan yang harus dituntaskan. Kami sudah memiliki rencana, mudah-mudahan dalam satu atau dua hari kami bisa menghentikan kebakaran ini," kata Charlie Blankenheim, komandan pasukan pemadan kebakaran.
Secara umum, kebakaran ini telah menghancurkan143 bangunan, 75 di antaranya rumah penduduk, sedangkan 11.000 bangunan lain terancam api.
Baca juga: Begini Penampakan Kebakaran Hebat di California Dilihat dari Angkasa
Untuk memadamkan api, petugas sudah mengerahkan sejumlah helikopter dan pesawat terbang, termasuk dua pesawat DC-10 dan sebuah jumbo jet 747 untuk menyiramkan air ke kobaran api.
Kebakaran hutan ini bahkan membuat Pentagon turun tangan dengan mengirimkan 200 personel militer untuk membantu proses pemadaman api.
Apalagi, kebakaran ini banyak melalap lahan milik pemerintah federal Amerika Serikat.