Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mossad Diduga Kuat Dalangi Pembunuhan Pakar Senjata Suriah

Kompas.com - 07/08/2018, 17:12 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber Newsweek

Seperti biasa, Israel tidak membantah tetapi juga tidak membenarkan tuduhan menjadi dalang pembunuhan ini.

Menteri Pertahanan Avigdor Lieberman kepada stasiun televisi Channel 2 mengatakan, tuduhan serupa juga disematkan kepada Israel saat seorang insinyur Hamas tewas di Malaysia awal tahun ini.

"Setiap hari ada ratusan ledakan bom dan pembunuhan di Timur Tengah. Setiap kali pula mereka mencoba menyalahkan kami. Jadi kami tak akan menganggap tuduhan ini serius," ujar Lieberman.

Meski sebuah kelompok pemberontak Suriah, Brigade Abu Amara mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan ini lewat pernyataan di aplikasi Telegram, tetapi klaim tersebut tak bisa diverifikasi.

Kelompok ini merupakan afiliasi dari organisasi Tahrir al-Sham yang merupakan cabang Al-Qaeda di Suriah.

Mossad memang sudah lama dituduh mendalangi pembunuhan para pakar senjata asing yang dianggap bisa membahayakan keamanan nasional negeri itu.

Pada April lalu, ilmuwan Palestina Fadi Mohammad al-Batsh ditembak mati di Kuala Lumpur, Malaysia.

Belakangan diketahui Fadi Mohammad al-Batsh adalah seorang anggota Hamas dan merupakan pakar roket serta teknologi drone.

Baca juga: Mossad Gelar Operasi Rahasia Selamatkan Jam Tangan Agen Legendaris

Pada 2016, seorang ilmuwan dan pakar drone yang juga anggota Hamas, Mohammed Zouari ditembak mati di Tunisia.

Zouari diyakini tengah mengembangkan drone bawah air saat dia ditembak mati. Hamas menuduh Mossad menjadi dalang pembunuhan itu.

Sementara itu, dalam upaya melumpuhkan program senjata nuklir Iran, Mossad diyakini telah mendalangi pembunuhan enam ilmuwan Iran sejak 2007 lewat penembakan atau bom mobil.  


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com