Porter juga tak menyalahkan pemerintah Nepal karena tidak menyediakan tempat pengelolaan kotoran di rute pendakian.
Yangji Doma dari SPCC sepakat bahwa cara manajemen kotoran manusia di Gunung Everest adalah sebuah problem.
"Kami memastikan kotoran tidak dibuang di gletser. Namun, masalah utamanya adalah di sama amat dingin sehingga kotoran itu tak cepat terurai," ujar Yangji.
Akhirnya Porter bersama rekannya sesama pendaki Dan Mazur menjalankan proyek biogas Gunung Everest hampir delapan tahun lalu untuk mencoba mengurangi kerusakan lingkungan ini.
Selama bertahun-tahun, Porter dan Mazur memikirkan ide untuk memasang sebuah biogas digester di Gorak Shep untuk mengubah kotoran manusia menjadi gas metana.
Cara ini digunakan di seluruh dunia dan mudah dibuat. Namun, sulit dioperasikan di tempat yang amat tinggi dengan suhu di bawah nol derajat Celcius.
Hal itu terjadi karena proses untuk mengubah kotoran menjadi gas metana membutuhkan bakteri di dalam sampah organik.
"Dan mikroorganisme hidup ini butuh suhu yang hangat," papar Porter.
Proyek biogas Gunung Everest ini rencananya menggunakan panel surya untuk mentransmisikan panas ke dalam digester.
Mereka juga menggunakan baterai untuk menyimpan energi di saat matahari tidak bersinar.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan