Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Desak AS Bantu Rekonstruksi Suriah yang Hancur karena Perang

Kompas.com - 06/08/2018, 15:52 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

WASHINGTON, KOMPAS.com - Pemerintah Rusia telah mendesak kepada Amerika Serikat agar dapat turut membantu dalam proses rekonstruksi wilayah Suriah yang hancur karena perang.

Desakan tersebut terungkap dalam sebuah memo yang sempat dibaca Reuters, dari kepala staf militer Rusia Valery Gerasimov kepada Jenderal Marinir AS Joseph Dunford selaku ketua Kepala Gabungan Staf.

Melansir dari The New Arab, proposal usulan Rusia itu dikirimkan melalui sebuah saluran komunikasi khusus yang dijaga dengan ketat pada 19 Juli lalu.

"Proposal tersebut melihat bahwa rezim Suriah memiliki keterbatasan dalam peralatan, bahan bakar maupun materi lainnya, termasuk pendanaan untuk membangun kembali wilayah negaranya agar dapat menerima para pengungsi yang pulang," tulis memo tersebut.

Baca juga: Rusia kepada AS: Bekerja Sama dengan Kami atau Keluar dari Suriah

Dalam proposal yang dikirimkan Rusia, turut mengusulkan dibentuknya komite gabungan tiga negara antara Rusia, AS dengan Yordania untuk melaksanakan rencana rekonstruksi dan pemulangan para pengungsi.

"Juga mengusulkan agar dibentuk kelompok gabungan AS-Rusia untuk mendanai renovasi infrastruktur di Suriah," lanjut memo.

PBB telah membuat perkiraan dana yang dibutuhkan untuk dapat membangun kembali Suriah, yakni setidaknya sebesar 250 miliar dollar atau sekitar Rp 3.620 triliun.

Pihak Dunford menolak memberikan komentar tentang komunikasinya dengan Gerasimov.

Namun menurut memo yang dilihat Reuters, Washington menjawab proposal tersebut dengan mengatakan kebijakan AS dalam mendukung upaya rekonstruksi hanya jika telah ada solusi politik untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama tujuh tahun itu.

"Salah satunya dengan dilakukannya pemilihan dengan diawasi ketat oleh PBB," bunyi memo tersebut.

Sementara terkait pemulangan pengungsi, AS hanya akan membantu ketika mereka dalam kondisi aman, sukarela dan bermartabak.

Pada 2011 lalu, AS telah menerapkan kebijakan yang menyebut Presiden Suriah Bashar al Assad harus mundur.

Baca juga: Berniat Bangun Suriah, Rusia Gunakan Pengalaman Saat Perang Dunia II

Akan tetapi, masuknya Rusia dan Iran telah mengintervensi dan mengamankan posisi rezim pemerintah, bahkan melakukan upaya merebut kembali wilayah yang dikuasai pemberontak.

Hal tersebut membuat peperangan terus berlarut-larut hingga lebih dari tujuh tahun.

Sekitar 500.000 orang telah menjadi korban tewas selama berlangsungnya perang di Suriah. Sementara lebih dari 5,6 juta warganya terusir keluar dari negara itu dan 6,6 juta lainnya tergusur di dalam wilayah Suriah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com