LUPAKAN “Made in China”, sekarang kita punya istilah global yang baru, yakni “Made in Vietnam”.
Negara yang dulu dilanda perang, saat ini berhasil memposisikan diri sebagai pusat manufaktur penting. Satu dari 10 ponsel pintar yang ada di dunia, diproduksi di Vietnam, bahkan mungkin Anda juga sedang membaca artikel ini dari ponsel itu.
Pada 2017, produk-produk Samsung mencakup sekitar seperempat dari ekspor Vietnam yang mencapai 227 miliar dollar AS, yang juga didominasi ekspor besi dan furnitur.
Namun, mereka juga seringkali menambahkan inovasi dengan cara yang mengejutkan, seperti yang Ceritalah temukan di Danang.
Nguyen Ba Hoi tidak memproduksi ponsel pintar atau baja untuk di ekspor. Namun, ia fokus untuk mengembangkan negaranya menjadi sebuah pusat inovasi.
Ia menghabiskan waktunya di beragam “makerspace” – tempat bagi para desainer kreatif, pemikir, dan pengrajin dapat bertemu untuk merancang dan menguji produk-produk baru, yang sedang menjamur di kawasan tersebut.
“Banyak mahasiswa datang ke sini untuk belajar mengenai thermal equation atau membuat alat musik dalam dua jam. Kami juga sedang merancang sebuah alat untuk membantu pasien stroke – saat ini masih dalam tahap purwarupa,” papar Hoi.
Hoi, ayah dua anak ini, membawa saya keliling sebuah makerspace di kampus University of Danang – satu dari dua yang didirikannya pada 2015. Area tersebut dipenuhi oleh printer 3D, pemotong laser, dan beragam peralatan yang dapat diimpikan oleh penggemar teknologi.
Namun perjalanan hidupnya tidak selalu semudah ini. “Kedua orangtua saya adalah guru SD dan petani di paruh waktunya. Mereka memelihara ternak babi… pendapatan mereka sangat rendah,” kata Hoi.
Hoi lahir di sebuah desa di daerah Binh Lanh, Provinsi Quang Nam, di bagian tengah Vietnam yang memiliki populasi lebih dari 1,4 juta. Tempat tersebut masih terlihat sederhana, jalan hanya satu jalur dengan toko-toko satu lantai yang dikelilingi oleh bukit dan hutan yang tak kunjung habis.
Setelah memeroleh sarjana di bidang teknik elektro dari University of Danang, Hoi menempuh studi S2 di bidang microelectronics di Asian Institute of Technology Thailand. Ia kemudian pindah ke Munich dan terlibat dalam merancang sebuah sistem kotak hitam untuk Mercedes Benz.
Sebagai alumnus Catholic University of America di Washington yang menyandang gelar PhD di bidang Rekayasa Biomedis, pria ambisius berumur 39 tahun ini bangga kembali ke kampung halamannya.
“Tiap kali saya mendengar tentang teknologi terkini, itu selalu ditemukan oleh peneliti dari Jerman atau Inggris. Kenapa tidak bisa seseorang dari Vietnam yang menemukannya? Inilah yang ditawarkan oleh tempat-tempat seperti makerspace. Beri kesempatan kaum muda Vietnam untuk memunculkan namanya sendiri,” ucap Hoi penuh keyakinan.
Danang adalah kota ketiga terbesar di Vietnam dengan populasi lebih dari satu juta penduduk. Kota ini diperkirakan akan menampung lebih banyak lagi pusat-pusat kewirausahaan dan inisiatif teknologi seperti milik Hoi – untuk mendorong sektor teknologi dan inovasi domestik.