Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Pelajar Berdemonstrasi Usai 2 Anak Kecil Tewas Ditabrak Bus

Kompas.com - 03/08/2018, 17:12 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

DHAKA, KOMPAS.com - Puluhan ribu pelajar, sebagian besar berusia belasan, melakukan unjuk rasa yang mengakibatkan sejumlah kawasan di ibu kota Bangladesh lumpuh.

Aksi unjuk rasa ribuan pelajar ini, hingga Jumat (3/8/2018), sudah berlangsung selama lima hari menyusul tewasnya dua pelajar akibat dihantam bus yang ugal-ugalan di jalanan.

Akibat aksi unjuk rasa ini membuat pemerintah Bangladesh terpaksa menutup ribuan SMA di seluruh negeri setelah para remaja ini memblokir sejumlah persimpangan jalan yang sibuk di ibu kota Dhaka.

Baca juga: Aksi Demo Ribuan Mahasiswa Bangladesh Bentrok, 100 Orang Terluka

Sambil melakukan aksinya, ribuan mahasiswa ini meneriakkan tuntutan keadilan dan melakukan "sweeping" dengan memeriksa SIM para pengguna jalan.

Polisi antihuru-hara yang dilengkapi tameng dan tongkat dikerahkan untuk mengatasi unjuk rasa yang dilaporkan telah mengakibatkan sejumlah kendaraan bermotor dirusak.

Sektor transportasi di Bangladesh secara umum memang amat buruk, tidak memiliki peraturan yang jelas, dan amat berbahaya.

Pada Minggu (29/7/2018) dikabarkan dua orang anak laki-laki dan perempuan tewas ditabrak bus yang melaju kencang di jalanan.

Kabar ini dengan cepat menyebar lewat media sosial dan menjadi pemicu kemarahan warga khususnya para pelajar di Dhaka.

Di sejumlah lokasi di ibu kota, para pelajar menduduki beberapa perempatan jalan dan memeriksa nomor polisi kendaraan dan memaksa untuk melihat SIM, dan dokumen kendaraan.

"Kami tak ingin ada kendaraan tanpa dokumen di jalanan. Mereka yang tak layak mengemudi seharusnya tak mendapatkan SIM, dan kami tak ingin orang di bawah umum mengemudikan transportasi publik," kata Mohammad Sifat, seorang pengunjuk rasa.

Akibat unjuk rasa ini, banyak warga kota Dhaka yang terpaksa berjalan kaki menuju kantor atau tempat kerja lainnya di kota yang padat itu.

Namun, beberapa warga memilih bergabung dengan para pelajar untuk menyuarakan rasa frustrasi mereka terhadap ketidakmampuan pemerintah mengatasi masalah lalu lintas Dhaka.

"Saya mendukung gerakan ini dan berharap gerakan ini bisa menyingkirkan korupsi dalam sistem pemerintahan," ujar Yunus Ali, seorang pebisnis.

Sementara itu, Shajahan Khan, seorang menteri yang dekat dengan serikat pengusaha transportasi,malah memicu kemarahan baru.

Warga semakin marah saat Shahajan mempertanyakan kekesalan warga hanya karena tewasnya dua anak kecil di Dhaka tetapi diam saat 33 orang tewas dalam tabrakan sebuah bus India sehari sebelumnya.

Komentar ini membuat warga kian murka dan muncul tuntutan lewat media sosial agar Shahajan Khan mengundurkan diri dari jabatannya.

Dihujani kritikan, Shahajan Khan akhirnya meminta maaf atas komentarnya tersebut.

Sedangkan Menteri Dalam Negeri Asaduzzaman Khan berjanji, pemerintah akan menggelar kampanye keselamatan transportasi publik dan meminta para pengunjuk rasa untuk pulang.

Baca juga: Sekolah Agama di Bangladesh Sita dan Bakar Ratusan Ponsel Milik Siswa

"Rakyat sudah cukup menderita dan kita tidak menginginkan semua ini terjadi," ujar Asaduzzaman.

Menurut data lembaga riset Komite Nasional Perlindungan Pelayaran, Jalan, dan Kereta Api pada 2017 sebanyak 4.200 orang pejalan kaki di Bangladesh tewas akibat kecelakaan lalu lintas.

Angka ini melonjak 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com