5. Revolusi Iran dan Pelengseran dari Tahta
Meski menuai perkembangan, Pahlavi juga menerima kritik yang menyatakan bahwa Revolusi Putih yang dicanangkan tidak maksimal.
Selain itu, sejumlah kaum religius mengatakan bahwa Westernisasi yang dilakukan Pahlavi merupakan anti-tesis dari ajaran agama.
Kalangan oposisi juga menuduh pemerintahan Pahlavi korup, pembagian hasil minyak yang tak merata, hingga penekanan kepada lawan politik.
Baca juga: Ketika Trump dan Menlu Iran Terlibat Tweet-War
Puncaknya pada 8 September 1978, berlangsung sebuah peristiwa yang kemudian dikenal sebagai Black Friday.
Saat itu, ribuan orang berkumpul di Lapangan Jaleh untuk menuntut agar Ayatollah Khomeini kembali ke Iran.
Pasukan kerajaan yang tidak terlatih menghadapi demonstran kemudian melepaskan tembakan yang membunuh 89 orang.
Insiden itu menimbulkan dampak yang lebih luas dengan pergerakan aksi unjuk rasa semakin radikal, dan menipiskan peluang terjadinya rekonsiliasi.
Gelombang demonstrasi di berbagai kawasan di mana sekitar sembilan juta orang berbaris menuntut mundurnya Pahlavi terjadi pada Oktober 1978.
Situasi itu membuat Pahlavi menuduh Duta Besar Inggris, Sir Anthony Parsons, dan Dubes AS William Sullivan sengaja menggalang aksi itu.
Pada 16 Januari 1979, Pahlavi membuat kontrak dengan Farboud, dan meninggalkan Iran. Kemudian Khomeini mengambil alih kekuasaan.
Meski Pahlavi tidak memutuskan mundur, sebuah referendum menghasilkan deklarasi berdirinya Republik Islam Iran di 1 April 1979.
Dia mengasingkan diri di sejumlah tempat seperti Mesir, Maroko, Bahama, Meksiko, sebelum ke AS pada 22 Oktober 1979 untuk memeriksakan kanker limfatik yang diderita.
Dua pekan kemudian, tentara Iran menyerbu Kedutaan Besar AS di Teheran, dan menawan 50 staf serta menuntut ekstradisi Pahlavi.
Permintaan itu ditolak, dengan Sang Shah menuju ke Panama, dan Kairo di mana mendapat suaka dari Presiden Anwar el-Sadat.
Baca juga: Jenderal Iran: Trump Hanya Melakukan Perang Urat Saraf
6. Kematian
Pada 27 Juli 1980, Pahlavi meninggal dalam usia 60 tahun setelah menderita komplikasi Waldenström's macroglobulinemia.
Presiden Sadat memimpin upacara pemakaman yang dihadiri anggota Dinasti Pahlavi, mantan Presiden AS Richard Nixon, dan Raja Yunani Constantine II.
Pahlavi dimakamkan di Masjid Al Rifa'i, di mana di sana juga dimakamkan sang ayah, Reza Shah, dan Raja Farouk, mantan kakak iparnya.
Baca juga: Trump ke Presiden Iran: Jangan Pernah Mengancam AS Lagi
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.