Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekilas Neturei Karta, Sekte Yahudi Ortodoks Anti-Israel dan Zionisme

Kompas.com - 26/07/2018, 17:17 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Kelompok ini amat dibenci para Yahudi pendatang baru yang pada umumnya kurang taat menjalankan agamanya.

Mereka dibenci karena memiliki keyakinan bahwa kebebasan bangsa Yahudi hanya bisa dibawa Sang Juru Selamat.

Sebagai sebuah organisasi, Neturei Karta didirikan Rabbi Amram Blau dan Rabbi Aharon Katzenelbogen.

Rabby Blau adalah warga asli Meah Shearim di Jerusalem dan aktif dalam Agudat Israel, sebuah partai politik Yahudi ultra-ortodoks, di masa Mandat Palestina.

Baca juga: Kencingi Tugu Peringatan Holocaust, Remaja Israel Ditangkap

Namun, pada 1930-an, Agudat Israel mulai mengadopsi banyak kompromi dan mulai mengakomodasi ide-ide gerakan Zionisme.

Hal ini membuat Rabbi Blau gerah dan memutuskan keluar dari partai itu pada 1937 dan bersama Rabbi Katzenelbogen kemudian mendirikan Chevrat HaChayim yang kemudian dikenal sebagai Neturei Karta.

Sebagai sebuah organisasi  baru, Neturei Karta tak bebas bergerak bahkan dibenci sesama kelompok Yahudi Ortodoks yang sama-sama menentang Zionisme.

Menurut harian The Guardian, bahkan di antara kalangan Haredi atau lingkaran Yahudi ultra-Ortodoks, Neturei Karta dianggap sebagai cabang yang amat liar.

Seperti sudah disinggung sebelumnya, Neturei Karta tidak mendukung terbentuknya negara Israel dan menganggap, mereka yang mendukung keberadaan Israel sama dengan menentang janji Tuhan.

Bahkan, situs resmi Neturei Karta menyebut, anggotany kerap berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa yang diwarnai pembakaran bendera Israel di berbagai kota di dunia.

Di antara tokoh-tokoh Neturei Karta yang menentang Israel adalah Moshe Hirsc yang pernah menjadi menteri dalam kabinet Palestina pimpinan Yasser Arafat.

Bahkan setahun setelah Perang Gaza (2008) berakhir, sekelompok anggota Neturei Karta masuk ke Gaza dan bergabung dalam Gaza Freedom March untuk menunjukkan dukungan terhadap warga Palestina di wilayah kekuasaan Hamas itu.

Tak hanya memiliki hubungan dekat dengan Palestina, Neturei Karta juga memiliki kedekatan khusus dengan Iran, musuh bebuyutan Israel.

Pada Oktober 2005, pemimpin Neturei Karta Rabbi Yisroel Dovid Weiss merilis pernyataan yang pada intinga mengkritik kecaman Israel terhadap Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad.

Weiss menulis bahwa pernyataan Ahmadinejad yang ingin menghapus Israel dari peta dunia bukan sebuah pernyataan anti-Yahudi.

Weiss berpendapat, Ahmadinejad sebenarnya sedang berusaha untuk menciptakan dunia yang damai dan lebih baik.

Dia bahkan mengulang pernyataan pemimpin spiritual Iran Ayatollah Khomeini yang selalu menekankan penghormatan dan perlindungan umat Yahudi.

Pada Maret 2006, sejumlah anggota Neturei Karta berkunjung ke Iran dan bertemu dengan sejumlah pemimpin Iran.

Dalam pertemuan itu, tak hanya memuji langkah-langkah Ahmadinejad dalam menentang keberadaan Israel, organisasi ini juga menyebut Israel menggunakan isu holocaust untuk kepentingan politik.

Baca juga: Konflik Israel-Palestina (5): Holocaust dan Imigrasi Ilegal Yahudi

"Kami bangsa Yahudi yang nyaris punah akibat holocaust, tidak pernah menggunakan peristiwa itu untuk kepentingan pridabi kami," kata Weiss kala itu.

"Kami menekankan terdapat ratusan ribu warga Yahudi di seluruh dunia yang sepakat dengan langkah kami menentang ideologi Zionisme dan Zionisme tak identik dengan Yahudi, tetapi sekadar agenda politik," ujar Weiss.

"Tuntutan kami bukan sekadar penarikan pasukan ke perbatasan 1967 tetapi juga semua konsekuensinya sehingga negeri itu bisa dikembalikan ke bangsa Israel dan kita bisa hidup bersama," papar Weiss.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com