Tindakan agresif Libya ini membuat Mesir marah, Presiden Sadat memerintahkan militernya melakukan aksi balasan dengan menyerang dan menduduki kota-kota perbatasan Libya.
Perintah itu langsung diterjemahkan angkatan udara dan darat Mesir yang langsung menyerbu pos-pos militer dan pangkalan udara Libya.
Konflik itu membuat negara-negara Arab turun tangan demi mencegah perang yang lebih besar. Mereka menekan pemerintah Libya dan Mesir untuk menghentikan baku tembak.
Akhirnya, pada tanggal 24 Juli 1977 sebuah perundingan gencatan senjata antara Libya dan Mesir digelar.
Presiden Aljazair Houri Boumediene dan Yasser Arafat turun tangan sebagai mediator perundingan.
Melalui perjanjian itu, selesailah konflik antara Libya dan Mesir. Walau hanya berlangsung empat hari perang itu mengakibatkan ratusan warga kedua negara tewas.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pecahnya Perang Saudara di Spanyol
Selain korban jiwa di kalangan rakyat sipil, perang ini membuat Mesir kehilangan 100 tentara, 4 jet tempur MiG-21, dan jet SU-20.
Sementara di pihak Libya, 400 tentara tewas, 60 tank, 40 kendaraan angkut personel, 20 jet tempur Mirage, dan 1 MiG-23MS hancur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.