Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu Putin, Trump Dikecam sebagai Pengkhianat

Kompas.com - 17/07/2018, 18:40 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump panen kecaman baik dari Partai Republik maupun Demokrat.

Kecaman itu terjadi setelah dia melangsungkan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Helsinki, Finlandia, Senin (16/7/2018).

Dalam konferensi pers bersama, Trump berkata dia percaya dengan pembelaan Putin bahwa Rusia tidak mengintervensi Pemilihan Presiden 2016.

Baca juga: 4 Hal yang Diungkap Trump dan Putin dalam KTT di Helsinki

Di Washington, Penasihat Khusus Robert Mueller menyatakan ada 12 perwira intelijen Rusia yang sengaja mencampuri pilpres.

"Saya tidak punya alasan untuk tak percaya. Presiden Putin menunjukkan karakter kuat dalam pembelaannya," tutur Trump.

Ketika ditanya apakah dia lebih percaya Putin daripada badan intelijen maupun penegak hukumnya sendiri, Trump bergumam tak jelas untuk mengganti topik.

"Saya mengalahkan Hillary Clinton secara adil. Kami melakukan kampanye yang brilian. Karena itu saya menjadi presiden," tegas Trump.

Dilansir The Guardian, komentar Trump menuai reaksi dari mantan direktur Badan Intelijen Pusat (CIA), John Brennan.

Di akun Twitter-nya, Brennan menulis konferensi pers Trump bukan lagi dikategorikan sebagai pelanggaran berat atau ringan.

"Ini sudah masuk ranah pengkhianatan. Tidak saja karena komentar tololnya. Namun Trump sudah dikuasai Putin," kecam Brennan.

Kecaman juga datang dari Ketua Komisi Bersenjata Senat, John McCain yang pernah menjadi lawan politik Presiden Barack Obama.

Dia berujar, pertemuan di Helsinki merupakan penampilan paling memalukan yang pernah dilakukan Presiden AS sepanjang sejarah negara itu.

"Sikap naif, egoisme, maupun simpati yang ditunjukkan Presiden Trump memang mengecewakan. Namun konferensi di Helsinki adalah kesalahan paling fatal," tegasnya.

Baca juga: Putin Pemenang dalam Pertemuannya dengan Trump

Ketua DPR AS, Paul Ryan, menegaskan bahwa baik masyarakat intelijen AS maupun Komisi Intelijen sepakat Rusia melakukan intervensi Pilpres 2016.

"Presiden seharusnya menyadari bahwa Rusia bukanlah sekutu AS. Tidak ada persamaan moral antara AS dengan Rusia," kata Ryan.

Komentar juga datang dari politisi Partai Demokrat Chuck Schumer yang menjadi pemimpin oposisi Senat AS.

"Keputusan Presiden bersanding dengan Putin merupakan langkah yang sangat tak bijaksana, berbahaya, dan lemah," katanya.

Sementara Jeff Flake, Senator yang berasal dari Arizona mengeluhkan betapa memalukannya tindakan presiden 72 tahun tersebut.

"Baru kali ini saya melihat seorang Presiden AS berdiri di samping Presiden Rusia, dan menyalahkan AS atas agresi Rusia," kecam Flake.

Baca juga: Dihadiahi Bola Piala Dunia oleh Putin, Apa Aksi Balasan Trump?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com