Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Tsar Nicholas II dan Keluarganya Dieksekusi

Kompas.com - 17/07/2018, 13:15 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Ervan Hardoko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 100 tahun lalu, tepatnya 17 Juli 1918, kaisar Rusia Tsar Nicholas II dan keluarganya dieksekusi mati oleh kelompok Bolshevik.

Nicholas II mulai memimpin Rusia pada 1 November 1894. Saat itu, rakyat Rusia kurang puas dengan kepemimpinan Nicholas II.

Pada 1904, timbul perang antara Rusia dan Jepang. Akar konflik ini adalah perebutan Kota Port Arthur dan Jazirah Liadong.

Baca juga: 100 Tahun Berselang, Eksekusi Tsar Nicholas II Masih Sisakan Misteri

Efek dari perang tersebut memicu Revolusi Rusia pada 1905. Untuk meredam revolusi Tsar Nicholas II mengesahkan dewan perwakilan rakyat atau Duma untuk mengubah konstitusi.

Tak lama kemudian, Nicholas membubarkan Duma karena dianggap melawan rencana kaisar. Kondisi ini menjadikan rakyat semakin tidak puas dan mendukung gerakan Bolshevik pimpinan Vladimir Lenin.

Ketika Perang Dunia 1 berkecamuk pada 1914, Nicholas II memimpin negaranya untuk ikut andil dalam perang.

Dampak dari perang itu mengakibatkan kelangkaan pangan dan anjloknya moral para tentara karena kekalahan demi kekalahan dari Jerman.

Kondisi semakin kacau dan akhirnya pada Maret 1917, revolusi pecah di Kota Petrograd atau kini disebut Saint Petersburg yang mengakibatkan lengsernya Nicholas II dari kursi kekaisaran.

Lengsernya Nicholas II dari tahtanya sekaligus mengakhiri dominasi Dinasti Romanov yang sudah berkuasa selama 300 tahun.

Setelah lengser dari tahtanya, Nicholas II berusaha mencari suaka ke Inggris, karena raja Inggris saat itu George V masih merupakan saudara sepupu Nicholas.

Pemerintah Inggris, meski enggan, akhirnya memberikan suaka kepada keluarga Tsar Nicholas pada 19 Maret 1917, meski sempat menyarankan agar keluarga kerajaan Rusia ini pergi ke negara yang netral.

Kabar pemberian suaka ini memicu kemarahan Partai Buruh dan kelompok Liberal. Bahkan beberapa politisi menilai kehadiran Tsar Nicholas II di Inggris bisa merugikan pemerintahan.

Alhasil, keputusan untuk memberi suakai kepada Nicholas dan keluarganya dicabut Raja George V pada April.

Perancis juga menolak permohonan suaka dari Nicholas II karena khawatir istri sang kaisar yang berdarah Jerman akan menimbulkan masalah di dalam negeri.

Alhasil, pemerintahan transisi Rusia membawa keluarga kerajaan ke kota Tobolsk di pegunungan Ural untuk menjauhkan mereka dari gelombang revolusi.

Nantinya jika sudah aman, menurut rencana barulah keluarga Nicholas II akan dikirim ke luar negeri pada musim semi 1918 lewat Jepang.

Baca juga: Dokumen KGB Diyakini Ungkap Lokasi Harta Tsar Nicholas II

Setelah sempat hidup cukup nyaman di Tobolsk pada 30 April 1918, keluarga Nicholas dibawa ke kota Yekaterinburg.

Di kota itu, Nicholas dan keluarganya ditahan di sebuah rumah dua lantai milik seorang teknisi militer Nikolay Nikolayevich Ipatiev.

Eksekusi

Soal eksekusi Tsar Nicholas II ini ada sejumlah teori dan tak satu pun sejarawan yang bisa memastikan situasi di sekitar kematian sang kaisar.

Salah satu teori berdasarkan pengakuan Yakov Mikhailovich Yurovsky, komandan pasukan yang mengeksekusi keluarga Nicholas.

Menurut Yurovsky, pada 17 Juli 1918 sekitar pukul 02.00, pasukan Bolshevik membangunkan Nicholas dan keluarganya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kembalinya Lenin dari Pengasingan

Mereka kemudian diminta berpakaian rapi dan menuju ke ruang bawah tanah rumah Ipatiev. Awalnya, para tentara mengatakan, mereka akan mengamankan Nicholas karena pasukan anti-Bolshevik sedang mendekati Yekaterinburg.

Bersama Nicholas, di ruang bawah tanah itu hadir istrinya Alexandra, anak-anak mereka, tiga pelayan, dan dokter pribadi keluarga.

Tanpa diketahui Nicholas, sepasukan eksekutor sudah disiapkan di ruangan yang terpisah. Mereka terdiri dari tujuh prajurit komunis asal Eropa Tengah dan tiga prajurit Bolshevik lokal.

Semuanya di bawah komando Yakov Yurovsky.

Nicholas turun ke ruang bawah tanah menggendong putra bungsunya Alexei. Setibanya di ruangan itu, Ratu Alexandra mengeluh karena tak ada kursi bagi mereka untuk duduk.

Yurovsky lalu memberikan dua buah kursi. Dan ketika Alexandra dan Alexei duduk, para prajurit eksekutor masuk ke ruangan itu.

Saat itulah Yurovsky mengumumkan, bahwa Nicholas dan keluarganya dijatuhi hukuman mati atas perintah Deputi Pekerja Soviet Ural.

Nicholas terkejut mendengar hal tersebut dan sebelum sempat mengajukan pertanyaan, Yurovsky mengulangi perintah itu dan langsung menembak Nicholas.

Para prajurit kemudian mencabut pistol mereka dan langsung melepaskan tembakan. Nicholas yang pertama kali tewas setelah ditembak lima kali di bagian dada oleh Yurovsky.

Sementara keempat putrinya Anastasia, Tatiana, Olga, dan Maria tak langsung tewas karena peluru yang dilepaskan tertahan perhiasan di balik pakaian mereka.

Akhirnya, para prajurit menggunakan bayonet untuk menikam dan menembak kepala mereka dari jarak dekat.

Selain itu, polisi Bolshevik juga mengeksekusi pelayan, juru masak, sopir, dan dokter pribadi keluarga Nicholas II.

Setelah semua dipastikan tewas, jenazah keluarga Nicholas II dimakamkan di kuburan tak bertanda di luar kota Yekaterinburg.

Baca juga: Diungkap, Mahalnya Biaya Perawatan Jasad Lenin di Mausoleum Kremlin

Jenazah keluarga kerajaan baru ditemukan pada penggalian pada 1991 dan dilakukan identifikasi dengan menggunakan tes DNA.

Setelah Uni Soviet bubar, pemerintah Rusia kemudian menggali lokasi kuburan massal tersebut, memindahkan kerangka Nicholas dan keluarganya, serta memakamkan kembali di pemakaman kekaisaran di St Petersburg pada Juli 1998.

Kompas TV Sejarah piala dunia dan sepak bola, dalam satu tempat. Itulah yang tersaji di pameran museum sepak bola dunia FIFA di Kota Moskwa, Rusia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com