Akhirnya, mereka berhasil mencuri 50.000 halaman dokuman dan 163 compact disc berisi berbagai informasi rahasia. Semua aksi berbahaya itu diselesaikan dalam waktu 6 jam dan 29 menit.
Pada April lalu, PM Israel Benyamin Netanyahu mengumumkan hasil operasi rahasia tersebut, setelah bertemu empat mata dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih.
Saat itu, Netanyahu mengatakan, hasil operasi Mossad itulah seharusnya menjadi pertimbangan Presiden Trump membatalkan kesepakatan nuklir dengan Iran yang diteken pada 2015.
Netanyahu bersikukuh, dari ribuan halaman dokumen itu disimpulkan Iran berniat menipu negara-negara Barat dan tetap meneruskan upayanya membuat senjata nuklir.
Beberapa hari setelah pertemuan dengan Netanyahu itu, Presiden Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir dengan Iran.
Sebuah langkah yang membuat hubungan AS dengan para sekutunya di Eropa memburuk.
Pekan lalu, pemerintah Israel menunjukkan sejumlah dokumen penting dari hasil operasi rahasia itu kepada The New York Times.
Sebagian besar dokumen itu menegaskan kecurigaan para pemantau dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) bahwa Iran tetap berusaha mengembangkan senjata nuklirnya.
Baca juga: Mantan Petinggi Mossad: Netanyahu Pernah Perintahkan Serangan Militer ke Iran
"Dokumennya cukup lengkap. Dokumen-dokumen itu menunjukkan Iran memang tengah membuat senjata nuklir," kata Robert Kelley, mantan anggota tim pemantau IAEA.
Namun, memang sulit untuk memverifikasi secara independen keaslian dokumen-dokumen tersebut, yang sebagian besar berusia setidaknya 15 tahun.
Selain itu, pemerintah Israel memilih dokumen-dokumen yang akan diperlihatkan kepada jurnalis. Artinya kemungkinan banyak materi-materi penunjang yang diabaikan.