Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Relawan Temukan Dua Bayi Orangutan Tapanuli, Apa Artinya?

Kompas.com - 13/07/2018, 13:04 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

KOMPAS.com - Tanpa diduga, dua staf organisasi konservasi Sumatra Orangutan Conservation Programme (SOCP), berhasil mengabadikan bayi kembar orangutan Tapanuli di hutan Batang Toru, Sumatera Utara.

Fenomena tersebut tergolong langka, terutama untuk orangutan Tapanuli. Itu karena jumlahnya orangutan Tapanuli saat ini ditaksir hanya berkisar 800-an saja.

"Kejadian bayi kembar yang lahir di alam liar ini adalah baru pertama kalinya untuk orangutan di Sumatera," kata Suryadi, Jurubicara SOCP.

"Ini akan dapat mendorong para ilmuwan untuk meneliti lebih jauh lagi tentang spesies yang DNA-nya 97% mirip dengan manusia. Jadi tentu dunia akan lebih menyadari lagi betapa pentingnya konservasi orangutan untuk manusia sendiri," tambahnya.

Terancam Punah

Kendati baru resmi diumumkan sebagai spesies baru tahun 2017 silam, orangutan Tapanuli yang hanya hidup di ekosistem Batang Toru langsung masuk dalam daftar satwa terancam punah dan tergolong yang paling langka di dunia.

"Hal ini semakin terancam dengan adanya rencana pembangunan PLTA ditengah-tengah habitat ku Tapanuli ini di Batang Toru, Sumatera Utara." kata Suryadi lagi.

Ancaman Pembangunan

PLTA Batang Toru rencananya akan mulai beroperasi tahun 2022.

Baca juga: Orangutan Tapanuli Masuk 10 Besar Spesies Baru Tahun Ini

Proyek yang dikerjakan PT North Sumatera Hydro Energy ini dianggap berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan pada kawasan hutan primer seluas 1.400 hektar yang menjadi habitat orangutan Tapanuli.

Kepada situs berita lingkungan Mongabay, Dana Prima Tarigan, Direktur Eksekutif Walhi Sumut, mengeluhkan PLTA Batang Toru hanya beroperasi jika terjadi puncak kebutuhan listrik.

"Laporan analisis mengenai dampak lingkungan yang dibuat perusahaaan, mengabaikan keberadaan spesies yang terancam punah beserta dampaknya terhadap masyarakat yang tinggal di hilir sungai Batang Toru. Lokasinya tidak cocok untuk bendungan PLTA besar," Kata Tarigan.

Menurut Walhi selain ekosistem orangutan Tapanuli, PLTA juga akan mengancam pasokan air untuk sekitar 1.200 hektar lahan pertanian milik masyarakat sekitar.

Hak Jawab PT North Sumatera Hydro Energy tentang Artikel Kompas.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Seberapa Bahaya Turbulensi Pesawat Terbang?

Seberapa Bahaya Turbulensi Pesawat Terbang?

Oh Begitu
Bagaimana Bahasa Berkembang?

Bagaimana Bahasa Berkembang?

Fenomena
Obat Penumbuh Gigi Segera Diuji pada Manusia

Obat Penumbuh Gigi Segera Diuji pada Manusia

Fenomena
Apakah Aturan Sebelum 5 Detik itu Benar? Sains Punya Jawabannya

Apakah Aturan Sebelum 5 Detik itu Benar? Sains Punya Jawabannya

Oh Begitu
Perubahan Iklim Terbukti Ganggu Kesehatan Saraf

Perubahan Iklim Terbukti Ganggu Kesehatan Saraf

Fenomena
Bagaimana Manusia Prasejarah Mengolah Logam?

Bagaimana Manusia Prasejarah Mengolah Logam?

Fenomena
Mengapa Kita Suka Bernyanyi di Kamar Mandi?

Mengapa Kita Suka Bernyanyi di Kamar Mandi?

Kita
Bisakah Evolusi Menghadirkan Kembali Dinosaurus?

Bisakah Evolusi Menghadirkan Kembali Dinosaurus?

Oh Begitu
Mengapa Beberapa Orang Bersikap Jahat di Internet? Psikologi Jelaskan

Mengapa Beberapa Orang Bersikap Jahat di Internet? Psikologi Jelaskan

Kita
Platipus Tidak Punya Perut, Kenapa Begitu?

Platipus Tidak Punya Perut, Kenapa Begitu?

Oh Begitu
Hewan Apa yang Tercepat di Lautan?

Hewan Apa yang Tercepat di Lautan?

Oh Begitu
Speculoos-3b, Planet Seukuran Bumi yang Waktu Orbitnya Hanya 17 Jam

Speculoos-3b, Planet Seukuran Bumi yang Waktu Orbitnya Hanya 17 Jam

Fenomena
5 Alasan Orang Berselingkuh Menurut Sains

5 Alasan Orang Berselingkuh Menurut Sains

Kita
Rambut Beethoven Ungkap Masalah Kesehatan Sang Komposer

Rambut Beethoven Ungkap Masalah Kesehatan Sang Komposer

Kita
Apakah Psikopat Bisa Jatuh Cinta?

Apakah Psikopat Bisa Jatuh Cinta?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com