Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Baru Berusia 25 Tahun, Pemuda Ini Menjadi Menteri di Kabinet Mahathir

Kompas.com - 02/07/2018, 19:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Sebagai sebuah negara muda dengan rata-rata usia penduduk 28 tahun, berarti banyak sosok muda berpotensi di Malaysia.

Namun, hal itu nampak tak relevan saat Mahathir Mohamad yang pada 10 Juli nanti berusia 93 tahun untuk kali kedua menjadi perdana menteri.

Ini berarti usia Mahathir lebih tua tiga kali lipat dari rata-rata usia rakyatnya. Lalu bagaimana sosok senior seperti Mahathir membuat dirinya relevan di mata anak-anak muda negeri itu?

Hubungannya dengan Syed Saddiq Abdul Rahman, seorang pemuda berusia 25 tahun bisa amat membantu Mahathir.

Baca juga: Mahathir: Najib Razak Bakal Segera Dituntut Pengadilan

Saddiq selama ini menjadi bagian penting dalam strategi Mahathir untuk pembangunan kaum muda.

Nah, untuk memaksimalkan potensi Saddid, Mahathir menunjuknya untuk memimpin kementerian pemuda sekaligus menjadikan Saddiq menteri paling muda dalam sejarah Malaysia.

Penunjukkan ini nampaknya amat tepat apalagi di saat warga Malaysia sangat menyambut keputusan Mahathir untuk turun gunung.

Warga Malaysia yang kini berusia 30-an masih mengingat tahun-tahun terakhir pemerintahan Mahathir periode pertama pada 1981-2003.

Mahathir yang memulai berbagai proyek infrastruktur seperti Jembatan Penang, jalan tol utara-selatan, dan bandara internasional Kuala Lumpur (KLIA).

Sejumlah karya besar itu ditambah industrialisasi cepat Malaysia akan selalu dikenang dan dikaitkan dengan nama Mahathir.

Baca juga: Mahathir Akan Evaluasi Perjanjian Penjualan Air Bersih ke Singapura

Di saat yang sama, nostalgia terhadap masa kejayaan Malaysia di bawah Mahathir, amat menguntungkan posisi sang perdana menteri.

Terlebih lagi, Mahathir juga tak menutup diri jika dikaitkan dengan para politisi muda Malaysia.

Dalam banyak hal, langkah ini mengingatkan bagaimana Mahathir, sebagai kader muda UMNO, dibina dan dipupuk oleh Abdul Razak, perdana menteri kedua Malaysia.

Kini hal tersebut dialami Saddiq yang selama beberapa tahun terakhir ini telah menjadi "pendamping" mentornya yang jauh lebih tua itu.

Lahir di Johor dari keluarga kelas menengah, Saddiq mulai dilihat sebagai pembicara ulung yang menjadi bahan diskusi ketika menolak UMNO dan memilih "pecahannya", Partai Pribumi Bersatu Malaysia yang merupakan bagian dari koalisi Pakatan Harapan.

Baca juga: Mahathir: Mustahil Najib Razak Tidak Tahu Transaksi Dana 1MDB

Dalam prosesnya, dia bahkan menolak kesempatan bea siswa S-3 ke Oxford untuk bertarung dalam perebutan kursi parlemen di Muar, negara bagian Johor.

Muar, yang awalnya dianggap sebagai basis kuat UMNO, ternyata bisa ditaklukkan Saddiq yang meraup 6.953 suara.

Namun, peran pemuda ini jauh lebih dalam. Saddiq membantu para politisi senior lebih terhubung dan mudah disentuh konstituen mereka.

Saddiq, sejak saat itu, hampir selalu terlihat bersama Mahathir baik dalam berbagai jumpa pers atau berbagai unggahan di media sosial.

Dengan lebih dari 987.000 "followers" akun Instagram-nya, Saddiq juga berperan menjadi pengelola siaran langsung tanya jawab dengan Mahathir lewat Facebook yang banyak menarik perhatian para pemuda negeri itu.

Belajar dari pengalaman sang ayah, Saddiq juga mengangkat buruknya kondisi kerja 400.000 warga Johor di Singapura.

Dalam sebuah video yang disaksikan 841.000 kali hanya di akun Facebook-nya saja, Saddiq menyamakan nasib para pekerja itu dengan ayahnya yang harus bekerja 17 jam sehari untuk menghidupi keluarganya.

Hubungan antara Mahathir dan Saddiq amat jelas. Dalam sebuah video berdurasi 29 menit yang diunggah ke YouTube awal tahun ini, keduanya mendiskusikan keuntungan para pemuda Malaysia jika bisa berbahasa Inggris dengan baik.

Baca juga: Mahathir: Malaysia Siapkan Dakwaan Berlapis untuk Najib Razak

Di satu momen, Syed Saddiq menyebut Mahathir sebagai "Cikgu Mahathir", sebuah julukan yang tak banyak orang berani menggunakannya.

Meski kini Saddiq menjadi salah satu menteri kabinet Mahathir, masih terlalu pagi jika menggadang-gadang dia sebagai "penerus" sang perdana menteri.

Sebab, bagi siapa saja yang memahami politik Malaysia, pasti memahami betapa hubungan yang terlalu dekat bisa menjadi racun di satu hari nanti.

Mampukah dia bertahan dari realitas pemerintahan? Apakah Saddiq memiliki kharisma yang cukup? Ditambah dengan gaya hidup yang cepat berubah dan siklus media sosial, apakah momen gemilang ini bisa bertahan?

Saddiq juga harus membuktikan telah memiliki kedewasaan dan kemampuan politik untuk sukses dalam pemerintahan Mahathir.

Baca juga: Netizen Tolak Niat Mahathir Mengembangkan Proyek Mobnas Baru

Terlebih lagi, terlepas dari peghormatan yang diberikan rakyat Malaysia terhadap Mahathir, ada perbedaaan nyata antara warga muda Malaysia dan Mahathir.

Perbedaan itu tak hanya terkait sejumlah isu klasik seperti kebebasan sipil dan tradisi sosial, tetapi juga masalah substansial seperti perekonomian Malaysia.

Di masa kampanye, sederet komentar kontroversial Mahathir yang menyebut banyak pemuda Malaysia yang ingin menjadi pengemudi Uber atau penjual nasi lemak, memicu perdebatan di banyak sektor.

Di sinilah Saddiq harus berperan. Dia harus mampu menjadi jembatan saat permasalahan dua generasi yang dalam hal usia terpaut amat jauh, muncul.

Pertanyaannya adalah mampukah dia? maukah dia?

Yang jelas, Saddiq kini menjadi perhatian rakyat Malaysia dan para politisi di seluruh Asia Tenggara.

Baca juga: Mahathir Yakin Malaysia Akan Sukses Jika Tiru Etika Kerja Warga Jepang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com