KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - PM Malaysia Mahathir Mohamad menegaskan, pendahulunya Najib Razak tidak akan mengikuti pemilihan umum berikutnya.
Sebab, lanjut Mahathir, dakwaan tindak pidana korupsi dan "hal lainnya" sedang disiapkan untuk menjerat Najib.
Dalam wawancara dengan Channel News Asia, politisi berusia 93 tahun itu membeberkan nasib yang akan menanti bekas muridnya itu.
Apalagi, tambah Mahathir, pemerintahan yang dipimpinnya amat mendukung digelarnya investigasi terkait skandal perusahaan investasi 1Malaysia Development Berhad (1MDB).
Baca juga: Mahathir Akan Evaluasi Perjanjian Penjualan Air Bersih ke Singapura
"Saya kira apapun, keputusan (untuk mendakwa Najib) harus dilakukan saat ini," kata Mahathir.
Tekanan berat memang tengah dirasakan Najib Razak yang terus menegaskan dia tak melakukan kesalahan dalam skandal 1MDB.
Sejak lengser dari posisinya sebagai pemimpin partai dan koalisi setelah kalah dalam pemilu, Najib menyeru agar pendukungnya tetap teguh menghadapi "serangan personal" ini.
Kisah mantan murid yang menjadi musuh ini seolah mengulang cerita Anwar Ibrahim pada 1990-an.
Kala itu, Anwar dipecat dari jabatannya sebagai wakil perdana menteri dan kemudian dijebloskan ke dalam penjara.
Dalam kasus Anwar, dugaan bahwa dia mendapat perlakuan tak adil justru membentuk sebuah oposisi yang kuat di Malaysia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.